Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2022: Tragedi Kanjuruhan, Kematian Massal Mengerikan dalam Sejarah Sepak Bola Indonesia

Kompas.com - 23/12/2022, 09:41 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Pada 1 Oktober 2022, Indonesia mengalami peristiwa memilukan. Lebih dari 130 orang tewas dalam peristiwa mengerikan dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Peristiwa yang terjadi tiga bulan lalu itu masih menyisakan kesedihan trauma mendalam baik korban selamat maupun keluarga korban tewas.

Pengusutan tragedi tersebut masih terus berlangsung. Proses persidangan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut belum digelar.

Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga antara Arema Malang FC dengan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Minggu (1/10/2022).

Baca juga: Aremania Akan Pantau Langsung Sidang Tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya

Berdasarkan hasil penyelidikan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), penyebab utama dari tragedi itu adalah tembakan gas air mata aparat kepolisian terhadap penonton yang berada di stadion.

Komnas HAM melaporkan bahwa peristiwa yang memakan korban paling banyak adalah yang terjadi di pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Haspara menjelaskan detik-detik kengerian di pintu 13 Stadion Kanjuruhan.

Setelah wasit meniupkan peluit panjang sebagai tandas pertandingan Arema FC berakhir, para penonton mulai keluar dari stadion.

Di pintu 1, 2, 4, 5, 6, 8, 11, dan 14, penonton keluar dari stadion dengan tertib dan lancar. Namun di pintu 3, 7, 9, 10, 12 dan 13, terjadi keriuhan setelah salah satu anggota Brimob menembakkan gas air mata ke arah tribune 13 pada pukul 22.10 WIB.

"Salah satu anggota Brimob dari sisi kiri gawang selatan menembakkan gas air mata ke arah tribune. Salah satu amunisi gas air mata jatuh dan meledak tepa di sebelah kiri pintu 13. Tembakan gas air mata masuk ke tangga pintu 13," jelas Beka.

Pasca-tembakan gas air mata anggota Brimob, kepanikan penonton terjadi. Orang-orang berdesakkan berusaha untuk keluar lewat pintu 13.

Terjadi penumpukan orang di pintu tersebut akibat dorongan penonton dari belakang yang berusaha keluar stadion demi menghindari gas air mata.

Korban pun berjatuhan. Korban tewas dan luka berat yang paling banyak berada di area itu. Sebagian besar korban mengalami gangguan pernapasan dengan memar di paru-paru akibat trauma atau benturan.

Komnas HAM menyimpulkan bahwa pemicu tragedi Kanjuruhan adalah karena gas air mata aparat kepolisian.

Reaksi dunia

Tragedi Kanjuruhan memantik reaksi dunia. Bahkan sejumlah media asing menempatkan Tragedi Kanjuruhan sebagai berita utama di laman mereka.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com