Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2022: Heboh Santri Gontor Tewas Dianiaya Senior hingga Wapres Turun Tangan

Kompas.com - 21/12/2022, 09:07 WIB
Aji YK Putra,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Kasus penganiayaan AM (17), santri Pondok Modern Darussalam Gontor 1, di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menjadi sorotan publik setelah orangtua dari korban mengadu kepada pengacara kondang Hotman Paris.

Postingan Hotman Paris yang di-upload di akun instagramnya Agustus 2022 tersebut langsung heboh hingga direspons seluruh pihak untuk mengungkap kasus kematian AM.

Soimah, ibu kandung AM, semula menemui Hotman Paris di Palembang ketika pengacara tersebut membuka pengaduan untuk masyarakat umum yang tersangkut masalah hukum.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Santri Gontor Tewas Dianiaya, Bisakah Kekerasan Senior Dihentikan?

Dalam pertemuan itu, ia menceritakan detik-detik anaknya diantar pulang dalam keadaan meninggal tak wajar hingga membuatnya terpukul.

Korban sehat tanpa sakit

Menurut Soimah, kondisi anaknya saat itu dalam keadaan sehat. Namun, pada Senin (22/8/2022) sekitar pukul 10.20 WIB, ia tiba-tiba mendapatkan kabar dari pengasuh Gontor 1 yang menyebutkan bahwa putra sulungnya telah meninggal.

Kabar itu pun membuatnya syok. Soimah tak lagi bisa berpikir jernih. Ia hanya mengharapkan kepulangan putra kesayangannya tersebut ke Palembang meski tinggal mayat.

“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang, 23 Agustus 2022 diantar pihak Gontor 1 dipimpin ustad Agus. Itu pun saya tidak tahu siapa ustaz Agus itu hanya sebagai perwakilan,” kata Soimah dalam surat terbuka yang ia buat.

Baca juga: Kasus Penganiayaan Santri Gontor, AM Meninggal di Tangan Seniornya

Dalam surat itu, Soimah menulis, ustaz Agus perwakilan dari Gontor 1 mengatakan, korban Albar Mahdi meninggal akibat kelelahan saat mengikuti Perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

“Apalagi anak saya dipercaya sebagai Ketua Perkajum, mungkin alasan itu bisa kami terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anak saya,” ujar Soimah.

Anak Dianiaya

Soimah bersama suaminya Rusdi melakukan ziarah makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan. AM yang merupakan santri pondok pesantren Gontor diduga tewas lantaran mengalami kekerasan.DOK. KELUARGA Soimah bersama suaminya Rusdi melakukan ziarah makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan. AM yang merupakan santri pondok pesantren Gontor diduga tewas lantaran mengalami kekerasan.

Soimah mendapatkan laporan dari wali santri lain yang menyebutkan, korban bukan meninggal karena kelelahan. Pihak keluarga akhirnya meminta peti jenazah mayat anaknya dibuka.

Ketika itu suasana duka kembali pecah, mereka melihat kondisi korban bukanlah meninggal akibat jatuh, namun diduga akibat kekerasan.

“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga. Amarah tak terbendung kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima. Karena tidak sesuai, kami akhirnya menghubungi pihak forensik dan pihak rumah sakit sudah siap melakukan otopsi,” jelasnya.

Setelah didesak, pihak Gontor 1 yang mengantarkan jenazah putranya mengakui bahwa Albar menjadi korban kekerasan. Amarah Soimah dan keluarganya menjadi tak terbendung atas tindakan tersebut.

“Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia,” ungkapnya.

Usai mendapatkan pengakuan dari pihak pondok pesantren, Soimah memutuskan untuk tidak jadi melakukan otopsi karena tidak ingin tubuh putranya tersebut diobrak-abrik.

“Agar anak saya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan dan saya tidak rela tubuh anak saya diobrak-abrik. Keputusan saya untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum didasari banyak pertimbangan. Karena itu kami membuat surat terbuka yang intinya ingin ketemu sama Kyai di Gontor 1, pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja ingin tahu kronologis hingga meninggalnya anak kami,” tulisnya.

Pihak Gontor Merespons

Pimpinan Pondok Modern Pesantren Darussalam Gontor KH M Akrim Mariyat (baju coklat) saat ziarah ke makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (9/9/2022).KOMPAS.COM/AJI YK PUTRA Pimpinan Pondok Modern Pesantren Darussalam Gontor KH M Akrim Mariyat (baju coklat) saat ziarah ke makam AM (17) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (9/9/2022).

Pihak Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo angkat bicara dan meminta maaf atas meninggalnya seorang santri bernama Albar Mahdi.

“Kami memohon maaf sekaligus berbelasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya almarhum AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan,” ujar juru bicara Pondok Modern Darussalam Gontor, Ustadz Noor Syahid, Senin (5/9/2022).

AM meninggal karena diduga menjadi korban penganiayaan yang terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Noor Syahid mengaku pihak pondok sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung wafatnya almarhum.

Sebagai pondok yang concern terhadap pendidikan karakter anak, dia berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.

“Kami juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga almarhum, jika dalam proses pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan terbuka. Sekali lagi, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya,” katanya.

Pihak intern Pondok Modern Gontor memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat.

Menyikapi hal ini, dia mengklaim langsung bertindak cepat dengan menindak/menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut.

Pada hari yang sama ketika almarhum wafat, pihak Pondok Modern Gontor juga langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada santri yang diduga terlibat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com