SEMARANG, KOMPAS.com - Gemercik air terdengar kencang dari belakang rumah Amron (53), warga Tambak Lorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Suara berisik yang muncul setiap lima detik itu berasal dari ombak yang menghantam bangunan, kemudian kembali mengempas laut.
Empasan ombak itu ikut menyebabkan getaran di dinding rumah Amron.
Air laut yang naik menggulung bahkan bisa langsung mencapai rumahnya di pesisir pantai, lantaran tidak ada tanggul yang membatasi.
Baca juga JEO Kompas.com: Ancaman Tenggelamnya Wilayah di Pesisir Utara Jawa Tengah
Bagi orang awam, tinggal di pesisir pantai tanpa adanya tanggul laut adalah sesuatu yang membahayakan, mungkin bisa dibilang di luar akal sehat.
Namun, keadaan ini sudah dianggap biasa oleh penduduk Tambak Lorok.
Permasalahan baru kemudian muncul. Setiap tahun, rumah Amron semakin turun atau lebih rendah dari permukaan laut.
Baca juga: Banjir Rob Diprediksi Melanda Pesisir Semarang Selama Desember, Begini Penjelasan BMKG
Fenomena tersebut disebut land subsidence atau penurunan tanah.
Data Pemerintah Kota Semarang menyebut, setiap tahunnya permukaan tanah di kawasan Tambak Lorok mengalami penurunan hingga 10 sentimeter.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.