AMBON, KOMPAS.com - Musibah kebakaran yang melanda kawasan padat penduduk di Mardika, Kelurahan Rijali, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku, meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi korban.
Warga tak pernah menyangka rumah mereka habis dilalap api dalam waktu singkat. Sejumlah barang berharga milik mereka juga hangus.
Para korban tidak pernah mengira kebakaran itu akan mengubah kehidupan mereka ke titik nol karena tak ada harga benda yang tersisa.
Warga pun terpaksa tinggal di tenda darurat di lokasi pengungsian. Kondisi mereka memprihatinkan, jauh dari rasa nyaman saat di rumah sendiri.
Salah satu korban kebakaran, Mudriasi (52), mengaku sedang menggiling daging untuk membuat adonan bakso di dalam rumah saat kebakaran terjadi.
Di tengah kesibukannya, Mudriasi mendegar kegaduhan di luar rumah. Saat diperiksa, ternyata orang-orang panik berlarian menyelamatkan diri.
“Saya sedang giling daging untuk bakso lalu saya dengar ada keributan ternyata ada kebakaran,” katanya kepada Kompas.com di lokasi kebakaran, Senin (12/12/2022).
Kebakaran hebat di kawasan padat penduduk itu terjadi pada Jumat (9/12/2022) sekitar pukul 04.00 WIT.
Mudriasi dan suaminya telah berjualan bakso sejak 2007. Keuntungan dari jualan bakso itu disimpan untuk membeli tanah dan membangun rumah di kawasan Mardika.
Kini, rumah yang dibangun dengan jerih payah berjualan bakso itu sudah terbakar.
Saat kebakaran, Mudriasi sendirian di rumah. Suaminya telah pergi berjualan bakso di pasar.
Ia bersyukur saat musibah itu terjadi semua anaknya berada di kampung halamannya, Trenggalek, Jawa Timur.
“Saya sendirian di rumah, dan suami sudah lebih dulu ke pasar, kalau anak-anak semuanya di Trenggalek,” ujarnya.
Mudriasi menceritakan, kebakaran itu terjadi begitu cepat. Tiba-tiba, api mulai merembet ke bagian rumah.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari menyelamatkan diri tanpa membawa barang berharga apa pun.
Korbaran api merembet dengan sangat cepat karena banyak bangunan di kawasan itu saling berhimpitan. Bangunan di wilayah itu juga sebagian besar berbahan kayu dan papan.
“Jadi saya dan suami ini keluar dari rumah hanya dengan pakaian di badan tanpa membawa barang berharga apa pun,” ujarnya.