Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Radiasi di Bangka Belitung karena Ribuan Kolam Bekas Tambang Timah

Kompas.com - 12/12/2022, 17:44 WIB
Heru Dahnur ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Sebanyak 12.000 kolam bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung menunggu untuk direklamasi.

Ancaman kematian membayangi masyarakat sekitar, termasuk adanya dugaan radiasi yang dapat membahayakan kesehatan.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bangka Belitung Jessix Amundian mengatakan, ancaman bahaya membayangi lokasi-lokasi kolong (bekas tambang) yang belum dipulihkan.

Baca juga: Masifnya Tambang Emas Ilegal di Jambi, Sawah Rusak, Petani Terpaksa Jadi Buruh Penambang

"Peristiwa kematian warga saat beraktivitas di kolong sering kita dengar. Karena memang digunakan masyarakat, sementara kawasan itu belum aman," kata Jessix kepada Kompas.com di kantor Walhi, Senin (12/12/2022).

Kondisi saat ini, kata Jessix, kolong yang sudah berubah menjadi kolam penampungan air, kerap digunakan masyarakat untuk berbagai keperluan. Ironisnya, lokasi tersebut juga menjadi tempat bermain anak-anak.

"Belum ada plang setidaknya menyatakan ini belum direklamasi, artinya belum aman," ujar Jessix.

Kolong juga berpotensi menjadi tempat peralihan habitat reptil seperti buaya. Juga memicu perkembangan jentik nyamuk di genangan bekas tambang.

"Tentunya ini membahayakan keselamatan dan kesehatan," ujar dia.

Jessix juga merujuk dokumen informasi kinerja yang diterbitkan Dinas Lingkungan Hidup Bangka Belitung pada 2021 terkait adanya ancaman radiasi di bekas galian tambang.

"Ini memang perlu studi mendalam untuk mengetahui dampaknya. Apakah bisa mempercepat penyakit seperti liver atau kanker payudara," beber Jessix.

Menurut Jessix, potensi radiasi memang bukan anggapan semata. Sebab selama ini Bangka Belitung diketahui memiliki kandungan mineral ikutan timah yang bersifat radioaktif.

Salah satunya berupa Thorium yang diyakini memiliki kualitas lebih baik dibanding negara lainnya.

"Thorium kita disebut sudah tua dengan kualitas yang diyakini lebih baik. India juga punya, tapi masih muda. Sementara China juga pernah bicara Thorium, tapi kita tidak tahu apakah sumbernya dari Bangka Belitung atau mereka sendiri yang punya," ungkap Jessix.

Jejak geologis yang begitu tua di Bangka Belitung diperkuat juga dengan keberadaan bebatuan di sepanjang pantai yang ditaksir sudah berusia jutaan tahun.

Baca juga: Bencana Ekologis gara-gara Tambang Emas Ilegal di Jambi, Ancaman Gagal Panen Setiap Tahun

Terlepas adanya potensi sampingan, Jessix menilai program reklamasi terbaik adalah menutupi bekas tambang dan memulihkannya seperti sediakala.

"PP 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang, mengatur pemulihan kolong eks tambang harus ditutup dulu. Faktanya banyak dibiarkan menganga, begitu saja rentan bahaya bagi masyarakat sekitar," ucap Jessix.

"Dibiarkan buat wisata, tidak efektif karena unsur edukasi nggak ada. Airnya juga belum bisa digunakan untuk konsumsi," pungkas Jessix.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

TGB Optimistis Ganjar Menang di NTB yang Jadi Lumbung Suara Prabowo pada Pemilu 2019

TGB Optimistis Ganjar Menang di NTB yang Jadi Lumbung Suara Prabowo pada Pemilu 2019

Regional
Muhaimin Iskandar Optimistis dengan Dukungan dari Kiai-kiai Jatim

Muhaimin Iskandar Optimistis dengan Dukungan dari Kiai-kiai Jatim

Regional
Di Boyolali, Puan Sebut Hidup di Indonesia Tak Berwarna Tanpa Seniman

Di Boyolali, Puan Sebut Hidup di Indonesia Tak Berwarna Tanpa Seniman

Regional
Saat Erupsi, 70 Pendaki Berada di Gunung Marapi

Saat Erupsi, 70 Pendaki Berada di Gunung Marapi

Regional
Gunung Marapi di Sumbar Meletus, Hujan Abu dan Kerikil Landa Warga Agam

Gunung Marapi di Sumbar Meletus, Hujan Abu dan Kerikil Landa Warga Agam

Regional
Alasan Tak Punya Pekerjaan, Warga Bintan Edarkan Sabu untuk Keperluan Hidup

Alasan Tak Punya Pekerjaan, Warga Bintan Edarkan Sabu untuk Keperluan Hidup

Regional
Ungkap Pertemuan dengan Luhut di Singapura, Puan: Kami Sepakat Pemilu Dilakukan dengan Netral

Ungkap Pertemuan dengan Luhut di Singapura, Puan: Kami Sepakat Pemilu Dilakukan dengan Netral

Regional
Korsleting Charger Hp Meledak, Kos di Sumbawa Hangus Terbakar

Korsleting Charger Hp Meledak, Kos di Sumbawa Hangus Terbakar

Regional
Ongkos Joki CPNS di Lampung Rp 300 Juta, Tersangka Terima Rp 20 Juta

Ongkos Joki CPNS di Lampung Rp 300 Juta, Tersangka Terima Rp 20 Juta

Regional
Gunung Marapi Erupsi, Warga Agam Rasakan Getaran dan Tercium Bau Belerang

Gunung Marapi Erupsi, Warga Agam Rasakan Getaran dan Tercium Bau Belerang

Regional
Kesulitan Akses Layanan Publik, Penyandang Disabilitas di Sumbawa Dorong Infrastruktur Inklusif

Kesulitan Akses Layanan Publik, Penyandang Disabilitas di Sumbawa Dorong Infrastruktur Inklusif

Regional
Sehari Mendengar Keluhan Penyandang Disabilitas Aceh Utara...

Sehari Mendengar Keluhan Penyandang Disabilitas Aceh Utara...

Regional
Cak Imin Targetkan Menang di Jombang, Mojokerto, dan Nganjuk

Cak Imin Targetkan Menang di Jombang, Mojokerto, dan Nganjuk

Regional
Girangnya Ibu-ibu Sambut Prabowo di Pandeglang: Di Televisi dan Aslinya Sama-sama Gemoy

Girangnya Ibu-ibu Sambut Prabowo di Pandeglang: Di Televisi dan Aslinya Sama-sama Gemoy

Regional
Puan Minta KPU Bicarakan bersama 3 Tim Pemenangan Calon soal Tak Ada Debat Khusus Cawapres

Puan Minta KPU Bicarakan bersama 3 Tim Pemenangan Calon soal Tak Ada Debat Khusus Cawapres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com