BLORA, KOMPAS.com - Kabupaten Blora yang letaknya berada di ujung timur dari Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mempunyai beragam kuliner. Mulai dari Opor Ngloram, Ikan Jendhil, Kopi Santen, Sate Ayam, Nasi Pecel Daun Jati, hingga Serabi.
Namun, ada juga kuliner ekstremnya, yaitu Ungker. Keberadaan ungker sebagai kuliner ekstrem tampaknya tidak selalu mudah untuk didapatkan.
Unker yang merupakan metamorfosis dari ulat menjadi kepompong hanya dapat ditemukan pada perubahan musim kemarau ke penghujan.
Baca juga: Terkenal dengan Makanan Sate Klatak, Bantul Kekurangan Domba
Untuk menemukannya juga tidak di sembarang tempat. Tetapi biasanya ada di sekitar pohon jati.
"Mencarinya yang agak susah, karena kan mencarinya harus masuk ke hutan. Itu pun ada di dalam pohon terus di tanah, jadi harus dibersihkan dulu," ucap Wuri Setyorini, seorang penjual ungker yang menjajakan ungker goreng dalam pameran 'Festival Kuliner Tradisional 2022' di Alun-alun Blora, Jawa Tengah, Rabu (7/12/2022).
"Jadi susahnya proses untuk membersihkannya dan pengambilannya, itu pun tidak di setiap musim, jadi hanya mulai musim penghujan, itu pun tidak di semua hutan ada," imbuh dia.
Dia mengatakan pada musim ini, tidak terlalu banyak ungker yang bisa didapatkan. Sehingga, harganya relatif lebih mahal daripada biasanya.
Jika biasanya harga per gelasnya sekitar Rp 15.000, untuk saat ini mencapai Rp 30.000.
"Pencari ungker ya masih banyak, tapi kan musimnya ini masih sedikit, tapi dapatnya enggak terlalu banyak," kata dia.
Cara mengolahnya pun juga terbilang gampang. Bahkan, ia mengaku mengolah ungker hampir sama mengolah makanan lainnya dengan cara digongseng.
"Seperti masak oseng-oseng, bumbunya ya sama, ada cabe, bawang merah bawang putih, terus dikasih daun kedondong," terang dia.
Baca juga: Makanan Gratis Bakal Dibagi Saat Kirab Pernikahan Kaesang-Erina, Gibran Minta Warga Jangan Berebut
Karena kuliner ungker tidak selalu ada tiap waktu, maka ada cara khusus untuk mengawetkannya.
"Kalau pengin awet ya dikukus dulu, bisa juga difrozen (dibekukan), karena tidak setiap bulan ada. Tapi kan tidak seperti kalau fresh rasanya," jelas dia.
Dia mengatakan penikmat makanan ekstrem ini tidak hanya dari Blora, tetapi juga sudah merambah ke lidah orang luar kota.
"Bahkan di luar kota pun pasti dicari, apalagi kalau orang kota. Memang kalau yang belum tahu rasanya, itu kadang geli soalnya ulat dimakan. Tapi kalau sudah tahu rasanya, ya enak sih," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.