Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Bagaimana Akhir Kejahatan Sistemik Mas Bechi?

Kompas.com - 06/12/2022, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kita bahkan merasakan seolah-olah tidak sedang berada dalam institusi pendidikan agama, tapi seperti berada di sarang mafia.

Putra kiai ini diduga memanipulasi dan membayar anak di bawah umur untuk menjadi budak seksual. Kasus yang dilaporkan langsung oleh para santrinya itu diduga merupakan kasus sistemik.

Apalagi para korban menyebut, Bechi diduga memiliki tempat “khusus” untuk melakukan kekerasan seksual.

Letaknya jauh dari pemukiman warga dan tak bisa dijangkau sembarang orang, masih satu properti milik Shiddiqiyah, di Desa Puri Semanding, Kecamatan Plandaan, sekitar 5 km dari pusat pondok pesantren tersebut.

Bechi diduga memiliki sejumlah ajudan untuk melancarkan berbagai aksi kekerasan serta membungkam para korban agar diam.

Para ajudannya dibekali air gun, jenis pistol berbahaya, dan drone untuk memantau situasi. Bechi juga dilindungi oleh otoritas dan jemaah pesantren.

Mengapa ia memiliki kuasa yang sangat besar? Karena ia juga memiliki jaringan bisnis yang sangat luas, bahkan mempunyai program kegiatan santunan dan pembangunan rumah layak huni. Serta memiliki afiliasi dukungan secara politik dengan banyak tokoh elite di Indonesia.

Dengan beragam “kekuatan” dan “keistimewaan” yang dimiliki itu, pihak Bechi diduga melakukan berbagai cara untuk menutupi tindakannya. Menggunakan surat intimidasi dan mengancam keselamatan beberapa korban.

Bahkan di dalam persidangan, saksi dan korban juga diintimidasi. Dihadirkannya saksi palsu, hingga yang paling luar biasa adalah bangunan tempat kejadian perkara diduga dirombak bentuknya oleh pihak Bechi untuk mengaburkan kejahatannya.

Artinya bahwa kejahatan sistemik ini bukan cuma sekadar berada di ruang gelap tanpa saksi, namun di dalam ruang sidang sekalipun para korban masih mendapat serangan.

Atas banyak keberhasilan yang membebaskan si pelaku inilah kejahatan itu terus berlangsung dan menggurita dengan banyak korbannya.

Dalam persidangan, beberapa saksi lain menyampaikan bahwa mereka mendengar secara langsung dan merekam obrolan Bechi; bahwa Bechi mengklaim diri punya ilmu ‘Metafakta’, dengan berbagai kelebihan sehingga bisa menikahkan dirinya sendiri; menjadi penghulu sekaligus pengantin dan saksi.

Tak hanya itu, Bechi menganggap santriwati adalah “produk unggul”; berhak menjadikannya sebagai objek seksual.

Bechi berkata dia membutuhkan santriwati untuk menjadi “pendingin” ketika otaknya panas karena—apa yang disebutnya—”banyak berjuang untuk masyarakat”.

Tentu saja informasi ini menjadi absurd karena berisi gabungan antara fiksi dan fakta. Dan kejahatan kekerasan seksual yang sistemik ini benar-benar layaknya sebuah film!

Faktanya para korban mengalami penderitaan luar biasa dan didiagnosis menderita post-traumatic stress disorder (PTSD, gangguan stres pascatrauma) sehingga membutuhkan pendampingan psikologis secara khusus.

Bahkan setelah keputusan sidang yang masih menunggu proses banding, para korban mengalami ketakutan tak berujung.

Semestinya ini menjadi perhatian intens dari semua pihak. Apalagi jika di belakang semua ini, para pihak yang masih memiliki afiliasi dengan Bechi terus melakukan serangan atas tindakan mereka membawa Bechi ke hotel prodeo, selama tujuh tahun kedepan.

Selanjutnya, apa yang akan terjadi. Akankah akan ada drama berulang yang lebih gelap dan kelam? Apakah kasus ini mewakili sebuah puncak gunung es?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com