Seni tari tersebut telah menjadi hiburan dan menjadi tari penyambutan tamu agung di Lampung.
Fungsi tari Melinting lainnya juga sebagai tari pergaulan yang merupakan ungkapan kegembiraan bagi pasangan muda mudi.
Setiap tahun, ada pertunjukan festival tari Melinting. Tujuannya adalah untuk melestarikan tarian ini supaya masyarakat di luar adat Melinting mengetahui peninggalan adat Melinting.
Tari Melinting mengalami penyempurnaan pada tahun 1958.
Setelah tahun 1958, tari Melinting tidak merujuk pada bentuk aslinya, baik gerakan, busana, dan aksesorisnya. Tari Melinting mengalami modifikasi.
Baca juga: Tari Bedana, Cermin Tata Kehidupan Masyarakat Lampung
Dahulu, penari putra menggunakan kopiah emas melinting, baju dan jung sarat yang diselempangkan, kain tumpal disarungkan, baju teluk belanga, kipas warna merah, sesampur handak putih, bulu seretei, dan celana panjang putih.
Saat ini, penari putra menggunakan kopiah emas pepandun, kain tapis, baju teluk belanga, kipas warna bebas, dan bulu seretei.
Pementasan tari Melinting merupakan perpaduan antara penari putra dan putri.
Gerak tari melinting berbeda antara putra dan putri.
Untuk penari putra, gerakan tari berupa babar kipas, jung sumbah, sukkung sekapan, kenui melayang, dan balik palau.
Gerakan lain berupa nyiduk, suali, salaman, niti batang, lutcat kijang, dan lapah ayun.
Gerakan pada penari putri berupa gerakan babar kipas, jung sumbah, timbangan atau terpipih mabel, sukung sekapan, serta melayang.
Kemudian, ada gerakan ngiyen bias, nginjak tahi manuk, nginjak lado, dan lapah ayun.
Menurut bentuk geraknya, ada dua jenis gerak, yakni gerak maknawi dan gerak murni.
Gerak murni berupa gerak yang digarap sekedar untuk mendapatkan bentuk artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan suatu maksud.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.