SALATIGA, KOMPAS.com - Pada Rabu (30/11/2022), sejak siang Kota Salatiga diguyur hujan. Namun kondisi tersebut tak menyurutkan langkah Eko Yunanto (36) warga Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga untuk mencari nafkah.
Sejak dua bulan lalu, dengan sepeda motornya Eko berjualan soto.
"Namanya Sojek, soto ojek. Jadi saya menerapkan pola jemput bola. Kalau ada yang pesan, langsung saya samperin dan layani. Cukup menghubungi lewat nomor WhatsApp (WA)," ujarnya saat ditemui.
Baca juga: Petugas Damkar Evakuasi Ular Sepanjang 1,5 Meter dari Rumah Dinas Wali Kota Salatiga
Menurut Eko, dengan cara tersebut jualannya malah bertambah laris. Setidaknya, dalam satu hari dia bisa menjual hingga 50 hingga 70 porsi dengan harga Rp 4.000 per mangkuk.
"Memang murah harganya. Kalau untuk sate-satean harganya Rp 2.000 dan gorengan Rp 1.000," jelasnya.
Meski bertempat tinggal di Salatiga, tak jarang pelanggannya berada di Kabupaten Semarang.
"Mau beli berapa pun saya layani. Satu porsi pun tak masalah. Bahkan yang pembeli daerah Sraten dan Ujung-ujung (Kabupaten Semarang) sudah jadi langganan," kata Eko.
Sebelum berjualan Soto Ojek, Eko sempat bekerja ikut orang dengan berjualan pentol.
"Selama empat tahun jualan pentol ikut orang, lalu saya keluar. Kemudian usaha sendiri jualan pentol, namun sepi. Akhirnya saya jualan soto ini," ujarnya.
"Kalau jualan pentol memang sudah banyak saingan, bahkan yang mangkal tempat strategis semua. Sudah ada penjual pentol. Jadi saya mencoba peluang lain dengan berjualan soto ini," jelas Eko.
Pemikiran awal Eko menjalankan usaha Soto Ojek, karena di Salatiga banyak perantau.
"Mahasiswa dari berbagai daerah dan pekerjanya banyak yang tak pakai motor, ada juga yang mager atau malas gerak, jadi ini peluang. Apalagi kalau beli soto ini tidak perlu ongkos kirim," paparnya sembari tertawa.
Dia juga menyampaikan, meski tujuan utama berjualan untuk menafkahi keluarganya, tapi tetap mengutamakan menolong orang lain.
"Makan ini kan kebutuhan pokok semua orang, saya beberapa kali kontak langganan, 'kok tidak beli soto ada apa? Ternyata dia tidak punya uang, kan perantau. Mungkin belum dapat kiriman. Saya tawari mau soto gak, saya kirim ke kosnya. Selain mahasiswa ada juga pekerja bangunan yang menyampaikan belum ada uang buat makan anaknya, ya saya kasih soto. Harus tolong menolong," tegas Eko.
Ditambahkan Eko, saat ini jualannya bertambah ramai meski belum stabil.
"Lebih baik saat ini daripada saat jualan pentol. Kalau pas ramai dan soto habis, ya saya pulang dan mengisi lagi kuah serta kelengkapan soto," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.