Makamnya memiliki angka 1297 M dan diklaim sebagai batu nisan tertua yang pernah ditemukan.
Batu Nisan pada makam Sultan Malik Al-Saleh menjadi bukti adanya pengaruh Islam dari Gujarat di Samudera Pasai.
Selain makam Sultan Malik Al-Saleh dan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan beberapa makam raja lainnya.
Baca juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai : Raja, Lokasi, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Contohnya adalah makan Sultan Muhammad Malik Al Zahir dan makam putranya yang bernama Sultan Mahmud Malik Az Zahir.
Lonceng Cakra Donya adalah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan dibuat pada 1409 M.
Lonceng dengan tinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi berbentuk stupa.
Diduga, Lonceng Cakra Donya merupakan hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudera Pasai.
Samudera Pasai adalah kerajaan makmur yang mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran, yaitu dirham yang terbuat dari emas.
Dirham Kerajaan Samudera Pasai pertama kali dikeluarkan pada masa pemerintahan raja kedua, yakni Sultan Muhammad Malik Al Zahir.
Koin berbahan emas ini menjadi alat pembayaran yang kemudian dikenalkan oleh orang-orang kerajaan kepada bandar perdagangan di Nusantara, seperti bandar Malaka.
Dari mata uang emas yang ditemukan ini, diketahui beberapa nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai.
Hikayat Raja-raja Pasai merupakan karya dalam Bahasa Melayu yang dipekirakan ditulis pada abad ke-14.
Baca juga: Sering Dianggap Mata Uang Islam, dari Mana Asal Dinar dan Dirham?
Isi karya sastra tersebut menceritakan mengenai Kerajaan Samudera Pasai termasuk mimpi Marah Silu saat bertemu dengan Nabi Muhammad dan kemudian mengislamkannya.
(Penulis: Widya Lestari Ningsih; Editor: Nibras Nada Nailufar)
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.