MAGELANG, KOMPAS.com - Memiliki hunian yang layak menjadi impian hampir semua orang.
Namun, bagi masyarakat berpenghasilan rendah, mewujudkan impian itu tak semudah membalikkan tangan. Berhemat dan menabung saja tidak cukup.
Kondisi itu dialami pasangan Yayan Hariyana (50) dan Budi Setyowati (48), warga Kampung Tulung, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Penghasilan sebagai pedagang asongan aksesoris seolah mengubur impian mereka mempunyai rumah sendiri.
Baca juga: Ganjar Inisiasi Program Tuku Lemah Oleh Omah Bisa untuk Bantu Korban Bencana
Yayan mengatakan, dalam sebulan, dia hanya mampu mengantongi pendapatan tak lebih dari Rp 2 juta untuk menafkahi istri dan anaknya yang sedang menempuh pendidikan SMK.
Mata pencahariannya bergantung pada event-event masyarakat seperti pengajian, hiburan dan lainnya.
Sejak 6 tahun lalu, keluarga Yayan tinggal di lantai 4 Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Potrobangsan, Kota Magelang.
Setiap bulan dia membayar sewa Rp 250.000 sudah termasuk biaya listrik dan air.
"Saya tinggal di rusunawa karena memang enggak mampu. Pendapatan enggak menentu, tergantung hasil jualan. Kalau kira-kira ya enggak sampai Rp 2 juta sebulan," ujar Yayan, saat ditemui Sabtu (27/11/2022).
Awal tahun 2022, Yayan mendapat informasi tentang program "Tuku Lemah Oleh Omah" (Beli Tanah Sekaligus Dapat Rumah) dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Tak berpikir panjang dia langsung melengkapi syarat administrasi untuk mendaftar program yang digagas oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu.
Persyaratan yang dibutuhkan hanya fotokopi KTP, Kartu Keluarga (KK) dan sudah terdaftar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Dinas Sosial setempat.
Yayan sangat bersyukur karena lolos seleksi dan berhak mendapatkan tanah sekaligus rumah di Kampung Tulung Wot, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang.
Dia difasilitasi Pemerintah Kota Magelang untuk membeli tanah dengan harga Rp 450.000 per meter persegi.
Besaran harga tanah tersebut jauh lebih murah dibanding harga pasaran di wilayah Kota Magelang yang mencapai kisaran Rp 2 juta per meter persegi.
"Alhamdulillah senang sekali akhirnya lolos seleksi, terus dapat tanah di sini yang harganya sangat murah, semua sudah diuruskan termasuk biaya pajak dan sebagainya. Totalnya Rp 39 juta, saya bisa kredit Rp 355.000 per bulan selama 15 tahun," ungkap Yayan senang.
Senada disampaikan sang Istri, Budi Setyowati. Dia bahkan tidak menyangka sama sekali akan mendapatkan rumah dengan status hak milik.
Sebelumnya dia tinggal di rusunawa hampir 7 tahun. Beruntung keluarganya menerima bonus tambahan setahun karena pandemi Covid-19.
"Semua orang pasti kepikirian 'kapan punya rumah' tapi kan enggak tahu kapan. Tapi, saya berdoa Gusti Allah pasti mendengar doa saya, yakin punya rumah. Eh, tahunya ada program Tuku Lemah Oleh Omah. Jadi, sekarang punya rumah sendiri. Alhamdulillah," ungkap Budi terharu.
Menurut dia, untuk mengangsur cukup menyisihkan tak lebih dari Rp 15.000 per hari.
Sisa penghasilan berdagang asongan bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Warga lainnya, Ridwan Prasetya (38) menuturkan, Program Tuku Lemah Oleh Omah sangat membantunya memiliki rumah sendiri setelah sebelumnya tinggal di rusunawa Potrobangsan selama enam 6 tahun atau batas maksimal tinggal di rusunawa.
Dia sempat khawatir lantaran dia tidak mendapat bonus tambahan masa tinggal di rusunawa seperti keluarga Yayan dan Budi, sehingga harus segera pindah.
"Kebetulan enggak dapat perpanjangan (tinggal di rusunawa), tapi bersyukur langsung dapat bantuan dari Pak Ganjar dan sudah mulai tinggal di sini (Kampung Tulung) sejak 2 bulan ini," ujar Ridwan, yang sehari-hari menjadi petugas keamanan di sebuah kantor itu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.