KOMPAS.com - Seorang siswa kelas 2 Sekolah Dasar (SD) berinisial MWF (7) di Jenggolo, Kepanjen, Kabupaten Malang dianiaya dan dirundung hingga sempat mengalami koma.
MWF dianiaya oleh 7 orang kakak kelasnya saat pulang sekolah, tepatnya di depan Bendungan Sengguruh.
Korban ditemukan di sekitar lokasi kejadian dalam keadaan lemas oleh seorang kakek pencari rumput.
Beberapa hari setelah kejadian itu, MWF mengeluh sakit perut, muntah-muntah dan sakit kepala hingga dibawa ke rumah sakit.
Korban diduga dirundung dengan cara ditendang di bagian kepala dan dada oleh kakak kelas yang duduk di bangku kelas 6 SD.
Kasi Humas Polres Malang Iptu Ahmad Taufik mengatakan, korban sudah kerap dipalak oleh kakak kelasnya sejak kelas 1 SD.
Menurut keterangan keluarga, kakak kelas MWF kerap memalak bocah tersebut. Setiap hari korban MWF mendapatkan uang saku Rp 6.000.
Namun para pelaku meminta Rp 5.000 hingga setiap hari MWF hanya memiliki uang Rp 1.000 untuk jajan.
Saat kejadian penganiayaan pada Jumat (11/11/2022), MWF baru saja dalam pemulihan sakit tifus yang dialaminya selama 10 hari terakhir.
Ayah korban, Edi Subandi mengatakan, setelah dilarikan ke rumah sakit, anaknya mengalami kejang hingga koma, dan dirawat sejak Rabu (16/11/2022).
Dia bercerita, awalnya keluarga tidak mengetahui aksi penganiayaan tersebut. Pihaknya mengira anaknya mengalami sakit tifus.
"Awalnya kami tidak tahu kalau anak saya baru menjadi korban penganiayaan. Saya kira karena tifusnya kambuh. Sebab sebelumnya ia juga sempat sakit tifus," ujarnya.
Namun, setelah sadar dari koma, MWF akhirnya mengungkap bahwa dirinya dianiaya sekitar 7 orang kakak kelas karena menolak uang sakunya dipalak.
"Saat ia cerita itu, anaknya baru bilang kalau kerap dianiaya oleh kakak kelasnya itu, karena menolak memberikan uang sakunya yang diminta oleh kakak kelasnya tersebut," katanya.
Bocah SD tersebut sudah menjalani CT Scan di Rumah Sakit Islam Gondanglegi, dengan hasil ditemukan adanya gumpalan darah di otaknya.