Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Gubri Minta DPR Bantu Mendata Pengusaha Sawit yang Tidak Bayar Pajak

Kompas.com - 18/11/2022, 20:34 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, Provinsi Riau merupakan salah satu daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia.

Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, total luas perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai 3,3 juta hektar (ha).

"Namun, itu belum termasuk lahan yang masuk kawasan hutan. Kalau digabungkan bisa mencapai 4 juta ha lahan perkebunan kelapa sawit di Riau," kata Syamsuar dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (18/11/2022).

Hal itu disampaikan Syamsuar saat melakukan pertemuan dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Hotel Premiere Pekanbaru, Jumat.

Syamsuar mengatakan, dari jumlah lahan perkebunan kelapa sawit tersebut, hingga saat ini masih ada juga yang belum memiliki hak guna usaha (HGU).

Dengan demikian, pemerintah tidak dapat memungut pajak, utamanya pajak bumi dan bangunan (PBB).

Baca juga: Syamsuar Berharap Pencanangan PKK Bangga Kencana Dapat Tekan Kasus Stunting di Riau

"Karena itu, kami mohon bantuan dari Komisi XI DPR untuk ikut mempercepat pendataan tersebut karena ini peluang untuk mendapatkan uang bagi daerah. Kalau hanya pemerintah daerah tentunya akan sulit," ujarnya.

Syamsuar mengatakan, sejumlah perusahaan tersebut hingga kini hanya memiliki izin usaha perkebunan (IUP) dan tidak melanjutkan hingga HGU. Padahal, hingga produksi kelapa sawit masih terus dilakukan hingga saat ini.

"Ini tentunya ada peluang untuk mendapatkan uang dari pajak karena sawitnya juga sudah berproduksi," ucapnya.

Lebih lanjut, Syamsuar mengatakan, dana bantuan yang diberikan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Provinsi Riau masih kurang.

Saat ini, dana bantuan yang diberikan berjumlah Rp30 juta untuk 1 ha kebun kelapa sawit masyarakat.

Baca juga: Luncurkan E-Money di SMA 2 Dayun, Gubernur Syamsuar Minta Seluruh Sekolah di Riau Terapkan E-Money

Syamsuar menilai, dana bantuan untuk PSR tersebut masih kurang karena saat ini sedang terjadi inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Dengan kondisi inflasi saat ini, dana untuk PSR sebesar Rp 30 juta per ha dirasa kurang," kata Syamsuar.

Dia menambahkan, kondisi inflasi dan kenaikan harga pupuk cukup menyusahkan petani yang akan mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Riau.

"Pupuk juga naik, kalau bisa dana untuk PSR ini ditambah, jangan hanya Rp 30 juta," pintanya.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hatari mengatakan, tujuan utama pihaknya datang ke Riau adalah untuk mengembangkan industri kelapa sawit. Karena itu, pihaknya ingin mendengarkan laporan dari semua pihak.

"Kami datang untuk mendengar, baik dari pemerintah daerah, asosiasi petani kelapa sawit, dan berbagai pihak lainnya," sebutnya.

Baca juga: Ekonomi Riau Tumbuh 4,63 Persen, Mendagri Apresiasi Gubernur Syamsuar

Sebagai informasi, selain Komisi XI DPR, pertemuan itu juga dihadiri perwakilan dari BPDPKS, asosiasi petani kelapa sawit di Riau, serta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemprov Riau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com