SRAGEN, KOMPAS.com-Seorang anak perempuan berlari menyambut kedatangan Kompas.com di salah satu rumah di Sragen, Jawa Tengah, Jumat (4/11/2022). Senyum ceria menghiasi wajahnya. Sekilas, tidak tampak bahwa dia kini telah menjadi seorang ibu.
Jalan hidup RH, anak perempuan penyandang disabilitas intelektual itu, berubah drastis setelah ia menjadi korban kekerasan seksual. Ia harus menjalani kehamilan dan melahirkan di usianya yang baru 14 tahun.
Gadis seusianya, barangkali tengah beranjak remaja dan sedang menikmati asyiknya bersekolah. Namun, tidak demikian halnya dengan RH.
Baca juga: Pertama di Bangka Belitung, Korban Kekerasan Seksual Terima Uang Restitusi
Fisik RH barangkali sudah terlihat seperti gadis remaja, tetapi jiwanya masih sangat muda. Ia masih senang berlari-larian layaknya anak-anak berusia 7 atau 8 tahun.
Terlahir dengan kondisi spesial di tengah keluarga berekonomi pas-pasan, RH terpaksa putus sekolah. Ia bahkan tidak tamat sekolah dasar (SD).
Sebelum kejadian naas itu menimpanya, RH sehari-hari berkeliling pasar di desa setempat untuk meminta-minta. Hingga akhirnya, pada suatu hari di bulan Januari 2022, ibunda RH merasakan kejanggalan pada kondisi anaknya. RH telat datang bulan.
Merasa khawatir dan curiga, sang ibu kemudian membawa RH ke dokter. Hal yang dikhawatirkan pun terjadi. RH diketahui tengah hamil satu bulan. Sang ibu kemudian membawa RH pulang dengan perasaan tidak karuan.
Keesokan harinya, sang ibu pun dikagetkan dengan kedatangan petugas-petugas dari dinas sosial, perangkat desa dan kecamatan, hingga aparat kepolisian. Kabar tentang kehamilan RH ternyata sudah dilaporkan kepada pihak berwenang oleh dokter yang memeriksanya.
“Saya kaget, karena sebenarnya tidak pernah lapor ke mana-mana, tahu-tahu ramai didatangi orang-orang. Lalu, kami ditawari, apakah mau diajak ke RC (Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso) Solo,” ujar ibu RH ketika berbincang dengan Kompas.com di rumahnya.
Baca juga: Kasus Kekerasan Seksual Anak di Ambon Meningkat, PJ Wali Kota: Mencengangkan
Tidak berselang lama, RH, ibu, ayah, dan adiknya dibawa ke Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso Solo. Di sana, RH menjalani pemulihan trauma. Sementara itu, orang tua RH mendapatkan pelatihan keterampilan bekerja dan adiknya bisa terus bersekolah.
Mereka tinggal di Sentra Terpadu Prof Dr Soeharso hingga RH melahirkan bayinya pada Agustus 2022 lalu.
“Sebenarnya belum waktunya lahir, tapi anaknya suka lari-lari. Dia tidak menyadari sedang hamil. Lalu, dia terjatuh, lalu dibawa ke rumah sakit dan bayinya harus dilahirkan lewat operasi caesar,” tutur ibu RH sembari menimang cucunya dalam gendongan.
Sang ibu bercerita, hingga kini, RH pun belum terlalu menyadari bahwa ia telah menjadi seorang ibu dan memiliki bayi. Ia masih senang bermain berlari-larian seperti anak pada umumnya.
Oleh karena itu, bayi RH pun harus diasuh sang nenek dan tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) yang mencukupi.
“Belum bisa menyusui, ya minumnya susu pakai dot,” kata ibu RH.