MANOKWARI, KOMPAS.com- Lamek Dowansiba, pemuda asal Manokwari, memilih mengembangkan rumah baca bagi anak-anak Papua di sejumlah daerah.
Ia menolak menjadi pegawai negeri sipil (PNS) seperti pemuda lainya.
Bagi Lamek, ilmu yang ia miliki sejak mengenyam pendidikan di kampus dan menjadi aktivis di Manokwari lebih baik dikembangkan dengan mengajar anak-anak Papua yang putus sekolah, yang masih usia dini dan sebagainya.
"Kami selama ini mengelola sekitar 1.000 anak-anak yang tergabung dalam kegiatan Rumah Baca Komunitas Suka Membaca Papua atau KSMP," kata Lamek, Sabtu (12/11/2022).
Baca juga: Rumah Baca Apung Tambak Lorok Semarang Riwayatmu Kini
Rumah Baca KSMP tersebar di Kabupaten Manokwari, Kabupaten Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Kabupaten Sorong, dan Tambrauw.
Rumah baca itu mengajar anak-anak Papua yang memiliki kekurangan biaya untuk melanjutkan pendidikan formal.
"Terus terang apa yang kami lakukan selama ini banyak diterima oleh semua kalangan di masyarakat. Tapi kami tetap berjalan di jalan yang sunyi," katanya.
Baca juga: Cerita Liany, Sarjana Pendidikan yang Rela Jadi Tukang Ojek demi Biayai Rumah Baca di Pelosok Flores
Hanya saja, kata Lamek, kini mereka menemukan kendala setelah jumlah anak-anak yang diajar semakin banyak dan sebaran lokasi tidak lagi berdekatan. Apalagi, mereka mengalami keterbatasan tenaga pengajar dan dukungan pemerintah.
"Jumlah pengajar yang kami miliki berkisar 150 ini terus terang kami mengalami keterbatasan tenaga pengajar" tutur Lamek
Pemerintah hanya fokus pada pendidikan formal
Lamek yang merupakan mantan Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Manokwari ini menilai, pemerintah daerah selama ini hanya fokus pada pendidikan formal.
"Pemerintah ini jangan hanya fokus pada pendidikan formal, pendidikan non-formal juga perlu jadi perhatian. Ini merupakan amanah UU Nomor 40 tentang Sistem Pendidikan Nasional" terang Dowansiba.
Sementara, kata Lamek, berbicara tentang pendidikan sifatnya universal, ada pendidikan formal di lingkungan sekolah, juga pendidikan non-formal di luar sekolah serta pendidikan informal di lingkungan keluarga.
"Saya melihat selama ini pemerintah kurang adil mendorong tiga poin penting dalam pendidikan ini secara bersamaan, terutama di daerah ini," jelasnya
Baca juga: Pasutri Ini Gowes 300 Kilometer ke Solo Demi Semarakkan Muktamar Muhammadiyah
Menurut Lamek, yang terjadi saat ini, pemerintah daerah di Papua Barat lebih fokus mengeluarkan uang besar untuk menyekolahkan satu atau dua anak Papua.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.