KOMPAS.com - Seorang binaragawati bernama Anoy Roz, dipukul serta ditendang seorang driver ojek online (ojol) di depan Gedung Bandung Electronic Center (BEC), Selasa (8/11/2022).
Akibatnya, Anoy mengalami luka di sebagian tubuhnya, Pemukulan dipicu pembatalan orderan.
Semeentara itu di Nunukan, kisah tentang Leginem (76) seorang veteran wanita menjadi perhatian pembaca.
Di usia 13 tahun, ia membantu perawat untuk menangani korban peran di masa Konfontasi RI-Malaysia,
Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut lima berita Populer Nusantara selengkapnya:
Seorang binaragawati bernama Anoy Roz, dipukul serta ditendang seorang driver ojek online (ojol) di depan Gedung Bandung Electronic Center (BEC), Selasa (8/11/2022)
.
Peristiwa penganiayaan itu bermula saat ia memesan ojek online untuk mengantarkannya bertemu dengan seorang klien yang hendak membeli alat fitnes.
Saat itu ban motornya bocor dan diparkir di BEC. Saat pemesanan, ia sempat dibantu satpam BEC agar tak salah titik penjemputan.
Setelah 15 menit menunggu, pengemudi tak kunjung datang dengan alasan kesulitan mencari titik lokasi. Anoy pun membatalkan atas pesertujuan driver dan memasan ojek online lai.
Saat driver ojolnya tiba, driver pertama yang cancel sudah menunggu di depan dan menghampirinya. Anoy pun berniat memberikan uang pengganti kepada driver pertama sekaligus meminta maaf karena sudah membatalkan orderan.
Namun, driver ojol itu malah tak terima dan menyerang Anoy dengan memukul dan menendang badannya.
Baca juga: Mengenal Anoy Roz, Binaragawati yang Ditendang Driver Ojol, Pernah Juarai Kontes Asia Tenggara
Di usia 13 tahun, ia sudah membantu perawat untuk menangani korban perang dalam peristiwa Konfrontasi RI-Malaysia.
Ia kerap menyaksikan pertempuran dari dalam benteng atau bahkan berlari pulang di tengah hujan peluru yang menyerang pada tentara KKO yang menjadi cikal bakal Korps Marinir.
"Saya melihat banyak tubuh pejuang dalam kondisi sudah tidak utuh. Banyaknya korban saat itu membuat obat-obatan sangat kurang. Saya lebih banyak membersihkan luka dan membalutnya tanpa obat apa pun. Itu pun tidak ada yang mengajari. Hanya melihat perawat menangani prajurit terluka, saya langsung praktikkan," tuturnya.
Dia mengaku tangannya tidak berhenti gemetar saat membalut luka-luka para pejuang. Bahkan, jenazah para pejuang yang gugur dibawa hilir mudik di depannya.