KENDAL, KOMPAS.com - Subari (55), petani asal Desa Kalibareng, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, mengaku seperti tidak percaya ketika diundang Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo untuk menghadiri Peringatan Hari Pahlawan di Semarang, Kamis (10/11/2022) lalu.
Tidak hanya diundang, Subari juga diajak berdialog oleh Ganjar di hadapan ratusan peserta upacara. Saat itu Ganja mengatakan Subari adalah petani biasa yang luar biasa.
Hal ini lantaran Subari menghibahkan lahanya seluas 1,800 meter persegi untuk dijadikan embung. Subari dinilai sangat berjasa untuk Jawa Tengah.
Mendapat pujian dari Ganjar, ayah dari empat orang anak itu mengaku sangat bangga dan bahagia.
“Saya orang desa yang bekerja sebagai petani. Saya tidak berpendidikan, dan sekolah saya hanya sampai kelas 3 SD. Betapa bangganya saya, dikatakan oleh Pak Ganjar sebagai pahlawan,” kata Subari, Jumat (11/11/2022).
Subari bercerita undangan untuk mengikuti Peringatan Hari Pahlawan di Semarang diterima sehari sebelum acara melalui pesan singkat WhatsApp. Ia mengaku awalnya tidak percaya. Namun setelah dihubungi lewat telpon dan akan dijemput, dirinya baru berpikir bahwa undangan itu benar.
“Saya berangkatnya dijemput pakai mobil, dan pulangnya juga diantar pakai mobil. Saya seperti bermimpi,” ujar Subari.
Kakek yang sejak kecil menjadi petani ini mengungkapkan pengalamannya pada Peringatan Hari Pahlwan lalu menjadi sejarah penting dalam hidupnya. Termasuk menjadi cerita bagi cucu-cucunya.
Subari mengatakan membeli lahan yang dihibahkan untuk embung pada tahun 1990an dengan harga Rp 40 juta. Dia mengaku harus rela menjual tiga ekor sapinya untuk membeli lahan tersebut.
Sebelum dihibahkan, lahan tersebut ditanami cabai, bawang merah, dan jagung. Dalam setengah tahun, Subari bisa menghasilkan uang sekitar Rp 67 juta.
“Rp 40 juta itu, saya dapat tanah sepetak. Luasnya saya tidak tahu. Yang saya hibahkan untuk embung, hanya sebagian dari tanah yang aku beli itu,” kata Subari.
Dia rela menghibahkan tanahnya untuk embung karena prihatin dengan kondisi tanah pertanian di desanya yang tandus karena kekurangan air. Sementara itu, jika musim hujan, airnya melimpah dan menggenangi tanah pertanian.
“Saya ingin petani desa saya tidak kekurangan dan kelebihan air. Sehingga hasil pertaniannya bagus dan perekonomian petani stabil,” harap Subari.
Menurutnya, embung tersebut tiddak hanya bermanfaat bagi petani Desa Kalibareng tapi juga anak cucunya kelak.
Baca juga: Bertemu Komisi III Soal Wadas, Ganjar: Pengambilan Andesit Hanya untuk Pembangunan Bendungan Bener
“Anak saya ada empat. Yang nomor 1 dan 2 menjadi petani. Mereka pasti juga akan menikmati embung tersebut,” jelas Subari.