“Saya bujuk, nanti sekolah dulu baru ke hutan,” ujarnya.
Itu sebabnya, Ledrik tak terlalu memaksakan anak-anak itu berpenampilan rapi di kelas. Sebagian besar murid malah enggan pakai sepatu.
“Yang penting bukan penampilannya toh, tapi otaknya,” ujar Ledrik lagi.
Lulus SD, anak-anak Kampung Klayas ini harus melanjutkan ke Distrik Seget, karena di Klayas tak ada SMP. Selama ini, mereka terpaksa jalan kaki 6 jam pulang pergi atau menginap di rumah saudara.
Tahun 2022, PT KPI RU Kasim menyediakan kapal sekolah, sehingga anak-anak bisa bersekolah dengan nyaman dan aman karena jarak tempuh yang lebih singkat.
“Selama ini, anak-anak terpaksa tinggal dengan saudara atau keluarga di Seget. Sekarang lebih nyaman karena ada perahu untuk sekolah,” kata Area Manager Communication, Relation dan CSR Kilang Kasim, Dodi Yapsenang.
Menurut Dodi, PT KPI juga memberikan fasilitas perahu sebagai Puskesmas Keliling. Perahu itu digunakan Benny Kumune (28) dan Lusita Lane, perawat kesehatan yang bertugas di Puskesmas Distrik Seget, Sorong, Papua Barat, untuk berkeliling ke 9 kampung.
Benny dan Lusita berkeliling mulai tanggal 19 hingga akhir bulan. Fokus kegiatan puskesmas keliling selain memberikan layanan kesehatan, juga memberikan imunisasi rutin, pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan gizi ibu hamil, menyusui dan balita.
"Biasanya kami bertugas dari tanggal 19 hingga akhir bulan, keliling kampung. Karena warga terkendala transportasi untuk mengakses Pusksesmas. Jika ditempuh jalan darat cukup memakan waktu 4 sampai 6 jam. Apabila musim hujan akan lebih lama, jalan berlumpur membuat kendaraan yang melintas akan terjebak. Tetapi, setelah ada perahu dari Pertamina Kilang Kasim, mobilitas kami lebih mudah dan waktu lebih efisien,"kata Benny.
Menurut Ima, tim gizi Puskesmas Distrik Seget, di Kampung Klayas tercatat sekitar 63 balita. 15 diantaranya perlu perhatian khusus, karena masuk dalam kategori gizi kurang dan dan gizi buruk.
"Kami terbantu adanya Posyandu Tulip dengan ibu kader aktif. Mereka menjadi perpanjangan tangan kami yang rutin mengedukasi masyarakat agar balita diberikan asupan gizi kaya protein selama masa pertumbuhan emasnya sejak lahir hingga 1000 hari,"kata Ima.
Upaya tersebut terus digiatkan, meski tidak mudah dan perlu waktu. Karena edukasi kesehatan ke penduduk asli suku Mooi, lebih mudah dilakukan oleh orang-orang asli yang memahami budaya, tradisi dan kepercayaan.
"Tidak bisa kita langsung paksa-paksa makan ikan, makan telur, sayur dan menu sehat lainnya. Karena masih banyak mitos warga yang harus kita ubah perlahan-lahan. Misalnya mitos makan ikan membuat anak-anak cacingan,"jelas Ima.
Pengamat Manajemen Lingkungan Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Dr Martha Fani Cahyandito menilai modal yang dimiliki oleh warga Klayas merupakan intangible value yang luar biasa.
Fani melihat, kemajuan di Klayas sangat baik. Masyarakat, terutama anak-anak, semangatnya terlihat, komunikasinya lancar, lebih percaya diri, dan sopan.
"Yang seperti ini aset yang luar biasa. Mereka berani tampil, percaya diri. Kita lihat nanti. Bukan tidak mungkin mereka akan sukses," ujar Fani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.