SORONG, KOMPAS.com- “Kalau bukan Mama-mama Papua siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?” kata Yully Kamumpat dengan berapi-api.
Yully, perempuan 60-an tahun ini, dengan energik memimpin sekitar 60 siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tulip di Kampung Klayas, Distrik Seget, Kabupaten Sorong, Papua Barat menyanyikan berbagai lagu sambil bertepuk tangan.
Anak-anak itu sehat, berani, dan ceria meski tempat mereka belajar sangat sederhana. Bangunan PAUD yang berlantai semen dan beratap seng itu masih menempati ruangan Posyandu Tulip.
Baca juga: Kisah Gayuh Atlet Catur Low Vision Raih Emas di Beberapa Gelaran Asean Games
Tak ada mainan atau alat peraga seperti yang biasanya dimiliki PAUD pada umumnya.
Namun, semangat yang dipunya anak-anak itu mengalahkan segala keterbatasan yang ada.
Suara lantang, tepuk tangan gemuruh, dan senyuman tak lepas dari wajah bocah-bocah itu.
Dari balik jendela, mata Emma Monggaprouw berkaca-kaca menyaksikan anak-anak itu tampil berani.
Emma tak menyangka, anak-anak itu adalah anak-anak yang sama, yang dua tahun lalu tak tersentuh pendidikan.
“Waktu Covid-19 itu, anak-anak tidak ada kegiatan, paling hanya bermain atau ikut orangtuanya ke hutan cari sayur atau sagu, ” kata Emma, kader Posyandu Tulip.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.