"Terus uangnya dari mana, untuk biaya hidupnya dari mana. Sehingga mau tidak mau tergantung untuk mencari kredit, bisanya hanya itu. Padahal kredit juga ada konsekuensinya, sehingga pada titik puncaknya petani sudah tidak bisa apa-apa," imbuh dia.
Maka dari itu, dengan kehadiran Pertamina, masyarakat yang sudah bingung dan panik mengolah sawahnya kemudian secara perlahan mulai bersemangat lagi untuk bercocok tanam.
"Sehingga kehadiran Pertamina seperti gayung bersambut. Artinya saat kebingungan dan butuh satu pencerahan, maka pendampingan ini menjadi tempat rujukan dari para petani untuk mendapatkan ilmu baru," kata dia.
Bahkan, Pertamina kata Agung juga tak ragu menempatkan orang yang ahli di bidang pertanian untuk selalu menjadi teman curhat petani di kala kebingungan.
"Kalau pendampingannya on set, setiap hari ada petugas dari konsultan. Sehingga full time mendampingi petani," jelas dia.
Baca juga: Penyerangan di Fakultas Pertanian USK Banda Aceh, Dipicu Status Media Sosial
Dia mengatakan pendampingan sangat penting bagi para petani. Dia pun berharap pendampingan tersebut terus berlanjut hingga para petani bisa mandiri.
"Kami berharap tidak hanya putus di sini. Karena, untuk bicara lingkungan yang sustainable, enggak bisa hanya waktu setahun. Petani itu enggak bisa hanya diberikan sosialisasi diberikan ilmu lalu ditinggal," katanya.
"Petani harus didampingi, setelah itu step by step akan mandiri. Setelah itu petani baru dilepas, tatkala menjadi mandiri akan menjadi awal yang bagus. Tetapi kalau enggak diteruskan, saya enggak yakin bahwa petani ini bisa mandiri," jelas dia.
Sehingga di kemudian waktu, sebagai pengambil kebijakan desa, Agung juga tak ragu untuk mem-branding Desa Sidorejo, sebagai desa wisata edukasi organik herbal milenial.
Sony Aditya Kusuma, selaku Communication Relation & CID Zona 11 Pertamina EP Asset 4 Field Cepu menilai, program pertanian organik merupakan pilihan untuk menyikapi keadaan produksi hasil pertanian yang semakin menurun akibat tanah yang kian rusak.
Sebab, para petani konvensional yang menggunakan pupuk kimia merusak keadaan ekosistem dalam tanah dan juga lingkungan.
Baca juga: Kemenkominfo Kenalkan Teknologi Pertanian, Manfaatkan Sensor yang Terintegrasi dengan Ponsel Pintar
"Sementara dengan pertanian system PSRLB/Pertanian organik mampu memperbaiki kembali ekosistem yang ada dalam tanah. Sehingga tanah menjadi subur," ujar Sony kepada kompas.com, Senin (7/11/2022).
Dalam pertanian organik, para petani diberdayakan untuk membuat pupuk kompos dan pupuk cair dari bahan-bahan di sekitar yang mudah didapat.
Sementara terkait dengan pemilihan lokasi yang dipusatkan di Kecamatan Kedungtuban, dia mengungkapkan karena banyak aktivitas Pertamina berupa lokasi pertambangan yang ada di wilayah tersebut.
"Sehingga dipilih Kecamatan Kedungtuban untuk dijadikan pilot projek kegiatan CSR, dan di sana juga terdapat potensi alam yang baik untuk dilaksanakannya program tersebut," kata dia.
Program tersebut akan dilaksanakan sampai tahun 2025 mendatang atau sampai dengan masyarakat menjadi mandiri dalam bertani secara organik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.