Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Beralih ke Pertanian Organik, Petani di Blora Tak Khawatir soal Biaya Tanam dan Harga Jual

Kompas.com - 08/11/2022, 08:42 WIB

BLORA, KOMPAS.com - Petani di Desa Sidorejo di Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, kini mulai beralih dari pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia menuju pertanian organik.

Peralihan tersebut tidak terlepas dari pendampingan yang dilakukan oleh Pertamina dengan program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) atau pertanian organik.

Abdul Muiz, salah satu petani yang beralih ke pertanian organik mengatakan pendampingan yang dilakukan oleh Pertamina sangat membantu dirinya dalam bercocok tanam. Ia semakin paham tentang pertanian organik yang baru dilakukannya sekali ini.

“Ya tentunya lebih tahu teori-teori tentang bertanam. Kalau dulu konvensional pokoknya ikut-ikutan enggak pakai teori. Lha sekarang kan menggunakan teori berdasarkan pelatihan,” ucap Muiz saat ditemui di sawah pada Sabtu (5/11/2022).

Baca juga: Cerita Petani di Lereng Gunung Merbabu: Kalau Harga Bagus, Mau Beli Mobil Itu Gampang

Pria 62 tahun tersebut mengungkapkan keinginannya beralih melakukan pertanian organik agar tidak ketergantungan dengan unsur kimia. Selain itu, di usianya yang sudah tidak lagi muda semakin menyadarkannya agar lebih mementingkan faktor kesehatan.

Meski baru pertama kali panen dengan menggunakan sistem organik, ia mengaku sudah banyak manfaat yang diperolehnya.

“Rasanya beras lebih enak, harganya juga lebih tinggi, hampir dua kali lipat,” kata dia.

Menurutnya, beras hasil pertanian organik dihargai lebih tinggi dari pada beras hasil pertanian kimiawi.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, ongkos produksi juga lebih irit bila dibandingkan dengan kimiawi. Sebab, para petani organik juga lebih mudah membuat dan mendapatkan pupuk dari bahan organik.

"Yang bayar itu hanya traktor dan tandur (tanam). Ongkos produksi kalau konvensional itu bisa mencapai Rp 3 juta.Kalau organik paling sekarang Rp 1 juta, karena dibuat sendiri, semprot buat sendiri, pestisida buat sendiri, jadi iritnya di situ," terang dia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bawa 2 Kg Ganja dari Papua Nugini, 2 Pemuda Ditangkap di Keerom

Bawa 2 Kg Ganja dari Papua Nugini, 2 Pemuda Ditangkap di Keerom

Regional
Viral, Aksi Emak-emak di Semarang Tangkap Ular  Sepanjang 3 Meter dengan Tangan Kosong

Viral, Aksi Emak-emak di Semarang Tangkap Ular Sepanjang 3 Meter dengan Tangan Kosong

Regional
Jelang Mudik Lebaran 2023, Terminal Tirtonadi Solo Bersiap Sambut Lonjakan Pemudik

Jelang Mudik Lebaran 2023, Terminal Tirtonadi Solo Bersiap Sambut Lonjakan Pemudik

Regional
Terkena Anak Panah Saat Perjalanan Pulang, Pelajar di Sikka Dilarikan ke RS

Terkena Anak Panah Saat Perjalanan Pulang, Pelajar di Sikka Dilarikan ke RS

Regional
WNA Perancis Protes soal Pengeras Suara di Masjid Lombok Barat, Buat Onar hingga Dideportasi

WNA Perancis Protes soal Pengeras Suara di Masjid Lombok Barat, Buat Onar hingga Dideportasi

Regional
Cerita Keluarga Asal Manggarai Timur Tinggal di Gubuk Reyot: Kadang Makan, Kadang Enggak

Cerita Keluarga Asal Manggarai Timur Tinggal di Gubuk Reyot: Kadang Makan, Kadang Enggak

Regional
Tenda Takjil Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Ambruk

Tenda Takjil Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Ambruk

Regional
Tradisi Semaan Alquran di Masjid Kauman Semarang, Tradisi Turun-temurun Hanya ada di Bulan Ramadhan

Tradisi Semaan Alquran di Masjid Kauman Semarang, Tradisi Turun-temurun Hanya ada di Bulan Ramadhan

Regional
Pemkab Sebut Masih Ada 49 Desa Tertinggal di Bima NTB

Pemkab Sebut Masih Ada 49 Desa Tertinggal di Bima NTB

Regional
Update Covid-19 di Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, dan Bengkulu 31 Maret 2023

Update Covid-19 di Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, dan Bengkulu 31 Maret 2023

Regional
Sakit Hati, Pemuda Aceh Sebar Video Porno Mantan Pacar di Medsos

Sakit Hati, Pemuda Aceh Sebar Video Porno Mantan Pacar di Medsos

Regional
Duduk Perkara Ketua DPRD Tanjab Barat Tinggalkan Korban Tewas yang Ditabrak Mobi Dinasnya Demi Kejar Pesawat

Duduk Perkara Ketua DPRD Tanjab Barat Tinggalkan Korban Tewas yang Ditabrak Mobi Dinasnya Demi Kejar Pesawat

Regional
Honda Beat Terobos Lampu Merah di Kabupaten Semarang, 3 Orang Terluka

Honda Beat Terobos Lampu Merah di Kabupaten Semarang, 3 Orang Terluka

Regional
Kronologi Remaja Tewas Ditabrak Mobil Dinas Wakil Ketua DPRD Tanjab Barat, Tinggalkan Korban demi Kejar Pesawat

Kronologi Remaja Tewas Ditabrak Mobil Dinas Wakil Ketua DPRD Tanjab Barat, Tinggalkan Korban demi Kejar Pesawat

Regional
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di NTB untuk Lebaran 2023

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di NTB untuk Lebaran 2023

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke