SUMBAWA, KOMPAS.com - Pemerintah sudah memutuskan untuk menyuntik mati siaran televisi analog dan dialihkan ke digital atau analog switch off (ISO).
Beberapa wilayah di Indonesia sudah memulai ISO total pada 3 November 2022 lalu. Di NTB, ISO sudah mulai dilakukan di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Sejumlah kabupaten/kota lain, seperti halnya Kabupaten Sumbawa belum dilaksanakan ISO.
Di Sumbawa, masih banyak masyarakat yang mengaku belum mendapatkan sosialisasi dari pemerintah tentang suntik mati siaran TV analog.
Seperti yang dikatakan Saparuddin (51) di Desa Lekong, Kecamatan Alas Barat. Ia hanya mendengar di TV tentang iklan migrasi TV digital. Tapi ia masih belum mengetahui bagaimana caranya.
Baca juga: Yogyakarta Akan Terdampak Migrasi TV Digital Tahap 2, Catat Jadwal dan Wilayahnya
Menurutnya, masih belum siap migrasi ke siaran TV digital.
"Belum ada uang untuk beli Set Top Box (STB), saya juga tidak tahu berapa harganya," katanya.
Disebutkan Saparuddin, selama ini ia menyaksikan televisi lewat TV kabel dengan membayar Rp 15 ribu per bulan.
Jaringan TV kabel yang dilakukan oleh perseorangan dan tidak memiliki izin penyiaran menarik uang tiap bulan dari masyarakat yang menggunakan jasa tersebut.
Besaran iuran tergantung jumlah siaran TV yang bisa dijangkau. Semakin banyak siaran akan semakin mahal masyarakat membayar jasa operator tersebut.
Saparuddin berharap siaran TV digital benar-benar gratis, teramsuk STB-nya.
"Saya tergolong rumah tangga miskin, semoga dapat STB gratis dari pemerintah," harap Saparuddin.
Begitu pula yang dirasakan Kiki Pratiwi (29) warga kelurahan Semapuin, Kecamatan Sumbawa ini belum siap beralih ke siaran TV digital.
"Aku belum pernah dengar sosialisasi migrasi TV digital dan suntik mati siaran TV analog," kata Kiki.
Ia juga belum mengetahui tentang STB dan cara mendapatkannya secara gratis.
"Semoga TV ini masih mendukung siaran digital ya, jadi nanti kalau migrasi diwajibkan maka aku hanya beli STB aja," Kiki berharap mendapatkan bantuan STB gratis.
Masih senada, Bahiya (39) warga Desa Gontar ini belum beralih ke siaran TV digital.
"Siaran analognya bintik, sering gangguan dan pilihan channel semakin sedikit," katanya.
Padahal, ia tetap membayar Rp 15 ribu per bulan kepada pemilik jaringan TV kabel.
Menurutnya, sekarang ini lebih mudah nonton Youtube lebih banyak pilihan daripada nonton TV.
"Jika nanti kita diharuskan migrasi ke TV digital, saya siap saja. Tapi sekarang saya masih nunggu dulu, mau beli TV baru dan juga mikir lagi karena mahal harus beli STB lagi," sebut Bahiya.
Baca juga: Tak Risau Migrasi TV Digital, Warga Sumenep: Dari Dulu Siaran TV Analog Buruk...
Sementara, Nurintan (31) warga Kelurahan Seketeng, Kecamatan Sumbawa sudah migrasi ke TV digital pada bulan September 2022.
Ia mengatakan siaran TV digital lebih banyak chanel dan kualitas gambarnya juga jernih.
"Kemarin saya beli STB Rp 600 ribu, harganya tergantung merk," kata Intan akrab disapa.
Disebutkan, siaran TV digital lebih mudah diakses serta jarang ada gangguan jaringan. Masyarakat juga tidak perlu membayar tiap bulan, karena siarannya gratis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.