SEMARANG, KOMPAS.com - Kain menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia yang senantiasa dilestarikan masyarakat dari Sabang hingga Merauke.
Selain menjadi fungsi sandang, kain juga berkembang sebagai benda hias, penghargaan, dan masih banyak berbagai fungsi lainnya.
Artinya, kain sangat lah lekat dan penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia.
Baca juga: Menengok Pameran Pewarta Foto Rekam 24+ di Lapangan Banteng, Jeje dan Bonge Curi Perhatian
Seperti itulah tema yang diusung dalam pameran seniman tekstil Teman Seperkainan di Tekodeko Koffiehuis Kota Lama Semarang, pada 28 sampai 30 Oktober 2022.
Warna-warni kain ditata sedemikian rupa di sepanjang sudut Tekodeko Koffiehuis. Ada patung berkain denim, ada pula kain yang menjelaskan peta Kota Lama Semarang.
Inisiator Teman Seperkainan, Firdausi Refani, menuturkan, pameran kain yang dihelat oleh seniman tekstil dari beberapa daerah, seperti Jepara, Temanggung, Jogja, Depok Jawa Barat, Semarang, Solo, dan beberapa lainnya ini bertujuan ingin meperkenalkan kekayaan budaya Indonesia yang jarang terlihat eksistensinya.
"Kalau biasanya ada pameran lukisan, patung atau karya seni lainnya, maka pameran kain ini menjadi wadah bagi seniman kain supaya bisa menunjukkan eksistensinya," jelas Firdausi kepada Kompas.com, Minggu (30/10/2022).
Pameran bertema "Kain Ku Sayang" ini menghadirkan 18 karya pameris pencinta kain, dan karya 11 anak muda dari berbagai daerah.
Adapun pamerisnya meliputi Jessie Setiawati, Firdausi Refani, Alifati, Ningsih Wulan, Ika Navi Agnes, Anggia A. Miranda, Jemi Nikolaus.
Baca juga: Refleksikan Perjuangan Perempuan, Museum Sumpah Pemuda Gelar Pameran “Swara Iboe”
Lalu ada Arini Kumalasari, Maria Stevin & Andina Febrasari, Omah Petrok Ecoweaving, Muhammad Bayu, Zulva, Saiful Bachri, Hasta Teritori, Aldy Imaginatura, Kautsar Caesandriano, dan Arini Kumalasari.
Kendati demikian, Firdausi mengatakan, melalui kain-kain yang dipamerkan, para seniman ingin menceritakan bagaimana kain sangat berarti bagi kehidupan.
"Selalu ada cerita dibalik setiap kain. Tidak sekedar lembaran yang kita pakai sehari-hari, tapi masing-masing pameris punya ikatan sendiri dengan kain-kainnya," jelas dia.
Uniknya, pameran kain ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan kain sebagai karya seni. Namun juga sebagai perantara kritik terhadap isu lingkungan, terlebih yang terjadi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh inisiator Teman Seperkainan lainnya, Ningsih Wulan.
Baca juga: Museum Nasional Indonesia Akan Hadirkan Pameran Seni Terintegrasi Jaringan Blockchain
Menurut Wulan, karya yang dibawa Omah Petrok berjudul Kupu Tarung itu secara tidak langsung menunjukkan kritik terhadap lingkungan.
"Ini menenun dengan pewarna alami dari kulit mahoni. Jadi seperti mengkritik limbah dari produksi besar di Jepara melalui karya yang dibuat dari pewarna alam, tutur Wulan.
Selain pameran kain, perhelatan ini juga memberikan pelatihan ecoprint pounding, membatik, menyulam perca, dan lainnya.
Tentu, ada juga beberapa stan untuk berjualan teman-teman penggiat seni lokal.
"Pojok jualan itu tempat para brand lokal Semarang seperti dari Semarang, Jogja Solo, Purworejo dan lainnya," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.