Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Sungai Kapuas dan Kisah Naga Buaya Sang Anak Raja

Kompas.com - 29/10/2022, 08:40 WIB
Rachmawati

Editor

 

Kabupaten Kapuas

Selain menjadi nama sungai, Kapus adalah nama sebuah kabupaten dengan ibu kotanya Kuala Kapuas.

Suku dayak ngaju merupakan penduduk asli kKabupaten kapuas. Suku ini terdiri dari dua sub suku : Suku oloh kapuas-kahayan dan oloh otdanum.

Menurut penuturan pusaka”Tetek Tatum", nenek moyang suku Dayak Ngaju awalnya bermukim sekitar pegunungan schwazener di sentra Kalimantan.

Lalu Dayak Ngaju bermukim menyebar disepanjang tepi Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan.

Pada abad ke-16 dalam naskah Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga Empu Prapaca dari Majapahit pada tahun 1365 M, menyebutkan adanya pemukiman di kawasan tersebut.

Baca juga: Jembatan Putus Diterjang Banjir Bandang di Kapuas Hulu Kalbar, Warga Harus Lewat Jalan Alternatif

Kemudian dalam naskah hikayat Banjar, berita Tionghoa pada masa dinasti Ming (1368-1644) dan piagam-piagam perjanjian antara Sultan Banjarmasin dengan pemerintah Belanda pada Abad ke-19 memuat berita adanya pemukiman sepanjang Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan yang disebut pemukiman Lewu Juking.

Lewu Juking merupakan sebuah pemukiman berumah panjang yang terletak di muara Sungai Kapuas Murung (bagian barat delta pulau petak yang bermuara ke laut jawa) sekitar 10 km dari arah pesisir Laut Jawa yang dipimpin oleh kepala suku bernama Raden Labih.

Penduduk Lewu Juking dan penduduk sekitarnya sering diserang oleh rombongan bajak laut, namun berhasil dipukul mundur oleh penduduk Lewu Juking.

Karena merasa tak aman, pada tahun 1800 banyak penduduk pindahmencari tempat yang jauh lebih aman dari gangguan bajak laut.

Baca juga: Usai Ikut Lomba Panjat Pinang, Pemuda di Pontianak Ditemukan Tewas di Sungai Kapuas

Akibat perpindahan penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, maka sepanjang arah sungai kapuas dan sungai kapuas murung bermunculan pemukiman-pemukiman baru.

Seperti di Sungai Kapuas Murung muncul pemukiman Palingkau yang dimpimpin oleh Dambung Tuan, pemukiman Sungai Handiwung dipimpin oleh Dambung Dayu, pemukiman Sungai Apui (seberang Palingkau) dipimpin oleh Raden Labih yang kemudian diganti oleh putranya Tamanggung Ambu.

Sedangkan di tepi Sungai Kapuas terdapat pemukiman baru, seperti Sungai Basarang dipimpin oleh Panglima Tengko, Sungai Bapalas oleh Panglima Uyek dan Sungai Kanamit dipimpin oleh petinggi Sutil.

Pada bagian hili kawasan tersebut masih berupa rawa pasang surut yang tidak mungkin menghasilkan rempah-rempat sebagai komoditi perdagangan.

Kawasan kapuas-Kahayan bersama penduduknya masih terisolasi sekian lama dari hubungan dengan dunia luar.

Baca juga: Usai Ikut Lomba Panjat Pinang, Pemuda di Pontianak Ditemukan Tewas di Sungai Kapuas

Lalu pada bulan Februari 1860, dalam rangka mengawasi lalu lintas perairan di kawasan kapuas, pihak Belanda membangun sebuah fort (benteng) di ujung Murung dekat muara Sungai Kapuas, tepatnya di sekitar rumah jabatan Bupati kapuas sekarang.

Bersama dengan adanya benteng ditempat tersebut, lahirlah nama “Kuala Kpuas” yang diambil dari sebutan penduduk setempat yang mengacu pada bahasa dayak Ngaju “Tumbang kapuas”.

Seiring dengan berjalannya waktu, ditempatkanlah seorang pejabat belanda sebagai Gezaghebber (pemangku kuasa) yang dirangkap oleh komandan benteng.

Sehingga kawasan Kapuas-Kahayan tidak lagi berada di bawah pengawasan pemangku kuasa yang bekedudukan di Marabahan.

Disamping itu ditunjuklah pejabat Tamanggung Nicodemos Ambu sebagai kepala Distrik (Districtshoold).

Baca juga: Cerita Ibu Melahirkan di Tengah Banjir, Wabup Kapuas Hulu Gendong Bayi Dievakuasi ke RS

Sementara itu perkampungan di seberang, yakni di Kampung Hampalung menjadi tempat kediaman kepala distrik yang ada di sekitar Sei Pasah.

Pada tahun 1861, berangsur-angsur kawasan tersebut berubah dari pemukiman rumah Adat Betang perkampungan menjadi perumahan biasa.

Lalu bertambah lagi stasi zending di Barimba pada tahun 1968, disusul munculnya perkampungan orang cina di antara Kampung Hampatung dan Barimba.

Hingga Hari Jad Kota Kapuas pada tanggal 21 maret 1806 berdasarkan atas berdirinya Betang Sei Pasah sebagai pemukiman adat tertua di lingkunga kawasan Kuala Kapuas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Timses di NTT Jadi Buron Usai Diduga Terlibat Politik Uang

Anggota Timses di NTT Jadi Buron Usai Diduga Terlibat Politik Uang

Regional
Pedagang di Mataram Tewas Diduga Ditusuk Mantan Suami di Kamar Kosnya

Pedagang di Mataram Tewas Diduga Ditusuk Mantan Suami di Kamar Kosnya

Regional
Pengurus Masjid Sheikh Zayed Solo Sempat Tolak Ratusan Paket Berbuka Terduga Penipuan Katering

Pengurus Masjid Sheikh Zayed Solo Sempat Tolak Ratusan Paket Berbuka Terduga Penipuan Katering

Regional
Mengenal Lebaran Mandura di Palu, Tradisi Unik untuk Mempererat Tali Persaudaraan

Mengenal Lebaran Mandura di Palu, Tradisi Unik untuk Mempererat Tali Persaudaraan

Regional
Pantai Pulisan di Sulawesi Utara: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Pulisan di Sulawesi Utara: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Ketua DPRD Kota Magelang Jawab Rumor soal Maju Pilkada 2024

Ketua DPRD Kota Magelang Jawab Rumor soal Maju Pilkada 2024

Regional
Order Fiktif Takjil Catut Nama Masjid Sheikh Zayed, Pengurus: Terduga Pelaku Ngakunya Sedekah

Order Fiktif Takjil Catut Nama Masjid Sheikh Zayed, Pengurus: Terduga Pelaku Ngakunya Sedekah

Regional
Gerombolan Bersenjata Tajam Kembali Berulah di Jalan Lingkar Salatiga

Gerombolan Bersenjata Tajam Kembali Berulah di Jalan Lingkar Salatiga

Regional
Elpiji 3 Kg di Semarang Mahal dan Langka, Pertamina Beri Penjelasan

Elpiji 3 Kg di Semarang Mahal dan Langka, Pertamina Beri Penjelasan

Regional
Suami Istri Jual Sabu-sabu di Riau

Suami Istri Jual Sabu-sabu di Riau

Regional
Katering Kirimkan 800 Porsi Buka Puasa Setiap Hari ke Masjid Sheikh Zayed Solo, Ternyata Diduga Korban Penipuan

Katering Kirimkan 800 Porsi Buka Puasa Setiap Hari ke Masjid Sheikh Zayed Solo, Ternyata Diduga Korban Penipuan

Regional
Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Hadiri Halalbihalal Pemprov Sumsel, Agus Fatoni: Silaturahmi Pererat Kesatuan dan Persatuan

Regional
Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Ribuan Sampah Peraga Kampanye Menumpuk di Kantor Bawaslu Pangkalpinang

Regional
Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Polisi Tangkap Pria di Alor yang Bacok Temannya Usai Kabur 3 Hari

Regional
Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Seorang Pemuda di Rokan Hulu Bunuh Temannya gara-gara Buah Sawit

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com