Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Sungai Kapuas dan Kisah Naga Buaya Sang Anak Raja

Kompas.com - 29/10/2022, 08:40 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Perahu motor yang mengangkut 16 santri Pondok Pesantren Mahazirul Haq tenggelam di Sungai Kapuas, Pontianak, Jumat (28/10/2022) sekitar pukul 10.00 WIB.

Salah satu penumpang, Yopi Pranata (28) dinyatakan hilang dalam kejadian tersebut. Sebelum dinyatakan hilang, Yopi sempat menyelamatkan para santri lainnya.

Sungai Kapuas berada di Kalimantan Barat dengan panjang aliran mencapai 1.143 kilometer yang menjadikan Sungai Kapuas sebagai sungai terpanjang di Indonesia.

Sumber air atau hulu dari Sungai Kapuas berasal dari Pegunungan Muller, Kabupaten Putussibau yang kemudian mengalir melewati Kabupaten Sintang, Sekadau, Sanggau, dan berakhir di Selat Karimata tepatnya di sekitar Kota Pontianak.

Baca juga: Yopi Hilang Saat Perahu Motor Ditumpanginya Terbalik di Sungai Kapuas, Sempat Selamatkan Teman-temannya

Dahulu Sungai Kapuas dijadikan sebagai jalur transportasi yang sangat penting terutama di Kalimantan Barat.

Pada masa pemerintahan Belanda, Sungai Kapuas menjadi tempat yang paling strategis dan mereka kuasai. Sebab Sungai Kapuas menjadi tempat terjadinya transaksi barang dagang, pengiriman supply dan lain sebagainya yang ada di wilayah Kalimantan Barat.

Pada masa penjajahan, sungai ini ikut berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Tahun 1963, Sungai Kapuas dijadikan sebagai jalur mobilisasi pasukan dari Pontianak menuju ke sepanjang perbatasan dengan menggunakan perahu motor.

Legenda Naga dan Buaya anak Sang Raja

Dikutip dari Kemdikbud.go.id, Entis Nur Mujingsing menulis cerita yang berjudul Penunggu Sungai Kapuas.

Cerita ini berkisah tentang seorang baginda raja yang berasal dari Kerajaan Kahayan Hilir, Pulau Mintin.

Raja Kahayan Hilir memiliki dua orang putra kembar bernama Naga dan Buaya. Ia berharap kedua anaknya dapat meneruskan takhta kerajaan dan melindungi rakyat.

Namun, sifat mereka yang bertolak belakang memmbuat Sang Raja ragu untuk memilih salah satu di antaranya.

Baca juga: Kronologi Perahu Motor Bawa 16 Santri Terbalik di Sungai Kapuas, Satu Orang Hilang, Diduga Kelebihan Muatan

Suatu hari Sang Raja memutuskan untuk meninggalkan istana dan menyepi di suatu tempat yang jauh. Dia pun menyerahkan kerajaan kepada kedua putranya.

Naga yang memiliki watak jahat, menyalahgunakan kekuasaannya dan berbuat semena-mena. Buaya yang mengetahui hal ini lantas menegur Naga. Keduanya pun berperang.

Peperangan yang dilakukan keduanya akhirnya diketahui baginda raja. Sang Raja pun marah dan mengutuk keduanya menjadi naga serta buaya yang sebenarnya.

Setelah berubah wujud menjadi hewan, Naga dan Buaya pergi dari kerajaan dan tinggal di Sungai Kapuas sepanjang hidupnya. Keduanya hingga kini dipercaya menjadi penunggu Sungai Kapuas.

Baca juga: Perahu Motor Bermuatan 16 Santri Terbalik di Sungai Kapuas, Satu Orang Hilang

Pemukiman awal di Sungai Kapuas

Dikutip dari jurnal Pemukiman Awal Sungai Kapuas yang ditulis Yuver Kusnoto dan Yulita Dewi Purmintasari, Program Studi Pendidikan Sejarah, IKIP PGRI Pontianak menyebutkan tidak ada sumber yang memadai untuk menggambarkan bentuk pemukiman awal masyarakat tradisional Kalimantan Barat yang mendiami pinggiran Sungai Kapuas.

Disebutkan, aliran Sungai Kapuas memiliki anak sungai yang befungsi sebagai penghubung pemukiman dengan daerah penghasil komoditas pertanian dan barang perdagangan lainnya.

Pola sungai seperti ini menarik bagi masyarakat awal di tepi Sungai Kapus untuk membentuk pola pemukiman mengelompok dan memanjang mengikuti aliran Sungai Kapuas.

Pemukiman awal dibuah bangunan sederhana kecil dari bahan yang tak tahan lama seperti kayi, kulit kayu dan bambu. Untuk menyesuaikan pasang surutnya air, maka rumah dibuat bertiang.

Sementara satu-satunya penghubung antar rumah dibuat pangkalan yang sederhana. Biasanya satu rumah akan ditinggali delapan keluarga yang sangat sederhana.

Baca juga: Jembatan Putus Diterjang Banjir Bandang di Kapuas Hulu Kalbar, Warga Harus Lewat Jalan Alternatif

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Volume Sampah di Tangerang Capai 3.000 Ton Per Hari

Libur Lebaran, Volume Sampah di Tangerang Capai 3.000 Ton Per Hari

Regional
Selepas Lebaran, Kapolsek dan Kasat Lantas di Lampung Diganti

Selepas Lebaran, Kapolsek dan Kasat Lantas di Lampung Diganti

Regional
Usai Lebaran, Perbaikan Tanggul Jebol Sungai Wulan Demak Dikebut

Usai Lebaran, Perbaikan Tanggul Jebol Sungai Wulan Demak Dikebut

Regional
Viral, Video Truk Meluncur Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Penyebabnya

Viral, Video Truk Meluncur Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Penyebabnya

Regional
Letusan Gunung Ruang Sudah Mereda, Statusnya Masih Awas

Letusan Gunung Ruang Sudah Mereda, Statusnya Masih Awas

Regional
Anggota Polisi yang Mabuk Sambil Ngebut Bawa Mobil Kasat Narkoba di Riau Ditahan

Anggota Polisi yang Mabuk Sambil Ngebut Bawa Mobil Kasat Narkoba di Riau Ditahan

Regional
BEM FH Undip Serahkan 'Amicus Curiae' ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

BEM FH Undip Serahkan "Amicus Curiae" ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

Regional
Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Regional
Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Regional
Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Regional
Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Regional
Polisi Mabuk Mengebut Bawa Fortuner, Tabrak Kantor Dinas Peternakan

Polisi Mabuk Mengebut Bawa Fortuner, Tabrak Kantor Dinas Peternakan

Regional
Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Regional
Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Regional
Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com