Ia menyebutkan, berulang kali keluarga pelaku mencoba berkomunikasi dan ingin berdamai. Tetapi pihaknya tidak membuka jalan damai.
"Kami tidak akan berdamai, anak saya menjadi korban, masa depannya rusak," S terisak.
Ia juga mendapat banyak masukan agar menikahkan anaknya dengan salah satu pelaku. S dan keluarga mengaku tidak akan menerima opsi itu.
"Menikah dengan pelaku bukan jalan menyelamatkan anak saya. Itu sama saja membuat anak saya menjadi korban seumur hidup," kata dia.
Baca juga: Diduga Curi 2 Ponsel, Seorang Pria di Sumbawa Babak Belur Dihajar Warga
Sudah empat bulan berlalu sejak peristiwa pencabulan itu terjadi.
Kasus yang menimpa D masih ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumbawa.
Mereka didampingi oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Sumbawa.
Tak hanya D yang mengalami perubahan, suami S atau ayah D pun kini depresi dan tak mau bekerja.
"Suami saya tidak mau melaut lagi. Ia berprofesi sebagai nelayan, sementara perekonomian keluarga kami pas-pasan. Saya harus berjuang agar suami saya sembuh," kata S.
Ia masih memiliki asa, suaminya pulih kembali. Salah satu cara adalah melihat pelaku dipenjara.
"Kami tinggal di kampung. Jadi, banyak yang bilang jika pelaku akan bebas. Ada juga yang bilang anak saya bisa jadi tersangka. Setiap mendengar itu dari omongan orang yang mengajaknya bicara, suami saya naik pitam. Anak saya selalu jadi sasaran amarah bapaknya," tutur S.
Baca juga: BPPD NTB Yakin WSBK Bakal Curi Perhatian Wisatawan ke Lombok