JAMBI, KOMPAS.com - Seorang ibu paruh baya melintas di lorong-lorong rumah sakit.
Malam itu, dia sedikit gusar mencari orang di tengah keramaian yang berlalu lalang.
Baca juga: 3 Negara Sudah Menyetujui Penggunaan Obat Pencegah HIV, Cabotegravir
Setelah rekah senyum, terbit air muka sumringah. Dia menegur lalu membimbing pasangan lelaki seks lelaki (LSL) untuk tes HIV ke dalam ruangan khusus.
Baca juga: Sulitnya Mendeteksi Paparan HIV/AIDS dari Penganut Cinta Satu Malam dan Pelaku Seks Online
Perempuan itu bernama Murni. Sebagai penyintas, dia ingin tuntas memutus mata rantai penularan HIV.
Kemudian memecah fenomena gunung es dengan menemukan sebanyak-banyaknya orang dengan HIV.
Dia pun bergabung dengan Yayasan Kanti Sehati sejak 2015 lalu. Baginya, setiap orang berhak hidup sehat dan normal, serta terbebas dari bayang-bayang stigma dan diskriminasi.
"Sehari sebelum menikah, saya bicara empat mata dengan calon suami. Berat sekali sampai menangis. Saya sempat takut ditolak, tapi saya harus jujur dan tidak boleh bohong," kata Murni kepada Kompas.com, Jumat (21/10/2022).
Calon suami Murni sempat gamang. Lama dia termenung. Namun, lantaran calon suami telah mengetahui pekerjaan Murni di Yayasan Kanti Sehati, dia pun yakin. Dengan percaya diri, lelaki itu mempersunting Murni, melenggang ke pelaminan.
Kala Murni diberikan kesempatan, maka tekadnya bulat.
Dia hendak meruntuhkan stigma bahwa orang dengan HIV yang berumah tangga akan membuat masa depan anaknya gelap dan memperpanjang mata rantai penularan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.