Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Kapolsek Dicopot karena Peras Warga Tak Mampu | Viral Pernyataan Bupati Kediri soal Kualitas Semen Padang

Kompas.com - 24/10/2022, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kapolsek Jempang Polres Kutai Barat (Kubar) Iptu Sainal Arifin dicopot dari jabatannya, setelah seorang warga mengaku jadi korban pemerasan dari sejumlah oknum anggota polisi di sana.

Korban menyerahkan uang Rp 10 juta, tanah hingga bangunan sarang walet agar keponakannya tak ditahan atas kasus korupsi.

Sementara itu pernyataan Bupati Kediri, Jawa Timur, Hanindhito Himawan Pramana yang menyebut kualitas Semen Padang paling bawah viral di media sosial TikTok.

Baca juga: Cerita Imah, Serahkan Rp 10 Juta hingga Tanah ke Kapolsek di Kutai Barat, Berawal Saat Keponakannya Ditangkap Kasus Narkoba

Dalam video itu, terlihat Hanindhito menyebutkan kualitas Semen Padang paling bawah dan kemudian membuang karung Semen Padang saat sidak ke sebuah proyek.

Video yang tersebar luas itu mendapatkan reaksi keras dari tokoh masyarakat dan perusahaan Semen Padang.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer Nusantara selengkapnya:

1. Kapolsek dicopot karena kasus pemerasan

Kapolsek Jempang, Kutai Barat, Iptu Sainal Arifin, yang dicopot dari jabatannya setelah diduga memeras warga tidak mampu.TRIBUN KALTIM/Zainul Marsyafi Kapolsek Jempang, Kutai Barat, Iptu Sainal Arifin, yang dicopot dari jabatannya setelah diduga memeras warga tidak mampu.
Seorang warga Kampung Mancong, Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat bernama Imah mengaku dirinya harus membayar puluhan juta kepada Kapolsek Jempang demi membebaskan keponakannya yang ditahan polisi.

Padahal sang keponakan mengaku tidak merasa melakukan tindak kejahatan yang dituduhkan, yakni penyalahgunaan narkotika.

Lantaran uang yang diberikan dirasa tidak cukup, Imah mengaku juga menyerahkan tanah dan bangunan sarang burung walet kepada Kapolsek Jempang itu agar keponakannya yang ditahan bisa segera dikeluarkan.

Meskipun saat penangkapan tidak ditemukan barang bukti.

Setelah kasus itu viral, Kapolsek Jempang Iptu Sainal Arifin langsung mengembalikan uang Rp 10 juta yang telah diberikan dan sarang walet tersebut.

Kini Kapolsek Jempang Iptu Sainal Arifin dicopot dari jabatannya dan diperiksa oleh Propam Polres Kubar.

Baca juga: Kapolsek di Kutai Barat Dicopot Setelah Viral Minta Tanah dan Uang Warga

2. Viral penyataan Bupati Kediri soal kualitas Semen Padang

Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana 

Dok. Pemkab Kediri Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana
Bupati Kediri, Hanindhito menyebutkan kualitas Semen Padang paling bawah dan kemudian membuang karung Semen Padang saat sidak ke sebuah proyek.

Pernyataan Hanindhito tersebut viral di media sosial dan mendapatkan reaksi keras dari tokoh masyarakat serta perusahaan Semen Padang.

Salah satunya okoh masyarakat Sumbar, Andre Rosiade yang juga anggota DPR RI Komisi VI Bidang BUMN itu

“Kualitas Semen Padang nomor satu di Indonesia. Bahkan diakui di dunia. Jadi, Bupati Kediri jangan asal bunyi," kata Andre Rosiade, kepada Kompas.com, Sabtu (18/10/2022).

Andre mengatakan, pabrik Semen Padang dibangun sejak 1910, dan produksinya sudah diekspor ke Jerman, Amerika Serikat, dan Maladewa.

Saat ini secara rutin diekspor ke Australia dan negara-negara di Asia Selatan. Bahkan, hampir semua semen ekspor pada Semen Indonesia Group berasal dari Semen Padang.

Andre menyebutkan, jika harga jual Semen Padang di Pulau Jawa sedikit lebih murah dari tempat lain, itu merupakan strategi pemasaran. Bukan karena kualitasnya yang rendah daripada merek lain.

Baca juga: Viral Pernyataan Bupati Kediri Sebut Kualitas Semen Padang Paling Bawah, Ini Respons Tokoh Masyarakat dan Perusahaan

3. Pengakuan warga yang diperas Kapolsek

Ilustrasi pemerasanSHUTTERSTOCK/Motortion Films Ilustrasi pemerasan
Imah, warga Kampung Mancong, Kecamatan Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur menyerahkan uang Rp 10 juta ke Kapolsek Jempang, Iptu Sainal Arifin.

Tak hanya uang. Ia juga menyerahkan tanah dan bangunan sarang burung walet kepada Sang Kapolsek agar keponakannya dibebaskan.

Kasus tersebut berawal saat keponakan Imah ditangkap atas kasus dugaan penyalahgunaan kasus narkoba. Padahal saat digeledah tak ada barang bukti yang kuat.

Setelah kasus tersebut viral, Kapolsek Jempang mengembalikan uang Rp 10 juta serta tanah dan bangunan sarang walet ke Imah.

Baca juga: Pengakuan Warga yang Diperas Kapolsek di Kutai Barat, Serahkan Uang Puluhan Juta, Tanah, hingga Bangunan Sarang Burung Walet

4. Pengakuan korban calo masuk polisi di Rote Ndao

CALO CASIS - Kakak kandung korban, Melkianus Dami memegang kwitansi bukti pembayaran kepada calo casis Bintara Polri usai membuat laporan pengaduan di Bidang Propam Polda NTT, Selasa 18 Oktober 2022 POS-KUPANG.COM/ CHRISTIN MALEHERE CALO CASIS - Kakak kandung korban, Melkianus Dami memegang kwitansi bukti pembayaran kepada calo casis Bintara Polri usai membuat laporan pengaduan di Bidang Propam Polda NTT, Selasa 18 Oktober 2022
Junus Dami, mahasiswa salah satu universitas di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali mengikuti tes penerimaan anggota Polri jalur Rekrutmen Proaktif (Rekpro) untuk wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar.

Padahal ia sudah ditipu Rp 250 juta oleh Aipda AA. Ia dijanjikan lulus tes polisi tahun 2021. Menurut Junus, ada 15 orang termasuk dirinya. yang dijanjikan lulus tes polisi tahun 2021.

Saat ini, dari 15 korban, empat di antaranya termasuk Junus kembali mengikuti seleksi ulang. Dia menjelaskan, saat berada di Kota Kupang, mereka ditampung AA di sejumlah rumah.

Junus sendiri ditempatkan di rumah milik AA di Kelurahan Manulai II. Sedangkan rekannya yang lain disebarkan ke sejumlah tempat kos di Kelurahan Oesapa, Kelapa Lima, dan Liliba.

Baca juga: Pengakuan Mahasiswa yang Ditipu Aipda AA Rp 250 Juta: Kami Ada 15 Orang yang Dijanjikan Bakal Jadi Polisi

Namun, seluruh korban yang dijanjikan lulus menjadi anggota Polri ternyata gugur saat pemeriksaan kesehatan I dan psikologi.

"Selama kami ditampung tidak pernah ada latihan atau belajar. Jadi kami ikut jadwal tes saja," ungkap dia.

5. Ayah berharap anaknya tak maju lagi di Pilkada Tegal

Muhadi Setiabudi, ayah dari Wali Kota Tegal Dedy Yon SupriyonoKompas.com/ Tresno Setiadi Muhadi Setiabudi, ayah dari Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono
Orangtua dari Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono, Muhadi Setiabudi berharap anaknya tak maju lagi dalam kontestasi Pilkada Kota Tegal 2024 mendatang.

Muhadi berharap, Dedy Yon kembali menjadi pengusaha untuk meneruskan bisnisnya. Muhadi sendiri dikenal sebagai pengusaha kenamaan asal Kabupaten Brebes.

"Karena saya ingin anak saya bisa meneruskan usaha saya sebagai pengusaha," sambung Muhadi.

Muhadi juga mengatakan ia tak tertarik dengan politik. Menurutnya, dengan menjadi pengusaha juga bisa lebih bermanfaat untuk orang banyak.

"Saya tidak punya keinginan nyalon bupati. Saya cukup jadi pengusaha saja sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak," kata Muhadi.

Baca juga: Ayah Wali Kota Tegal Berharap Anaknya Tak Maju Lagi di Pilkada, Ini Alasannya

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Riyadi, Perdana Putra, Sigiranus Marutho Bere, Tresno Setiadi | Editor : Ardi Priyatno Utomo, Dita Angga Rusiana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Gerombolan Massa Tawuran di Perkampungan Magelang, Bawa Celurit dan Botol Kaca

Regional
Mantan Caleg di Pontianak Tipu Warga Soal Jual Beli Tanah Senilai Rp 2,3 Miliar

Mantan Caleg di Pontianak Tipu Warga Soal Jual Beli Tanah Senilai Rp 2,3 Miliar

Regional
Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Fakta Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Kekasihnya, Pelaku Residivis Pembunuhan

Regional
Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Ribuan Warga di 7 Desa di Lebong Bengkulu Tolak Direlokasi, BPBD: Ancaman Bencana Tinggi

Regional
Perbaiki Lampu, Anggota DPRD Kubu Raya Meninggal Tersengat Listrik

Perbaiki Lampu, Anggota DPRD Kubu Raya Meninggal Tersengat Listrik

Regional
Diisukan Bakal Ikut Maju Pilkada, Kapolda Jateng: Itu Kan Urusan Partai

Diisukan Bakal Ikut Maju Pilkada, Kapolda Jateng: Itu Kan Urusan Partai

Regional
Semua Guru di Kabupaten Semarang Bayar Iuran demi Pembangunan Gedung PGRI

Semua Guru di Kabupaten Semarang Bayar Iuran demi Pembangunan Gedung PGRI

Regional
Kasus Kekerasan Perempuan di Solo Meningkat 5 Tahun Terakhir

Kasus Kekerasan Perempuan di Solo Meningkat 5 Tahun Terakhir

Regional
Kasus Mayat Wanita Ditemukan Jadi Kerangka di Wonogiri, Kekasih Korban Jadi Tersangka

Kasus Mayat Wanita Ditemukan Jadi Kerangka di Wonogiri, Kekasih Korban Jadi Tersangka

Regional
Pj Gubernur Fatoni Ungkap 2 Langkah Pencegahan Korupsi di Provinsi Sumsel

Pj Gubernur Fatoni Ungkap 2 Langkah Pencegahan Korupsi di Provinsi Sumsel

Regional
Gunung Ile Lewotolok Alami 334 Kali Gempa Embusan dalam Sehari

Gunung Ile Lewotolok Alami 334 Kali Gempa Embusan dalam Sehari

Regional
Ganjar Tak Datang Penetapan Prabowo Gibran

Ganjar Tak Datang Penetapan Prabowo Gibran

Regional
Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Kapasitas Pasar Mardika Muat 1.700 Pedagang, Disperindag: Kami Upayakan yang Lain Tertampung

Regional
Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Di Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar PGP, Bupati Arief Minta Guru Jadi Agen Transformasi dalam Ekosistem Pendidikan 

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com