GORONTALO, KOMPAS.com – Meskipun gempa tektonik yang mengguncang Teluk Tomini memiliki besaran 5 magnitudo, efek guncangannya tidak menimbulkan kerusakan berarti, bahkan tidak semua orang merasakannya.
Hal ini dikarenakan hiposenternya agak dalam sehingga tidak menimbulkan efek kerusakan di permukaan bumi.
“Gempa tadi malam dirasakan di wilayah tertentu dengan estimasi skala MMI sampai III. Kira-kira percepatan tanah maksimalnya sampai 1,4 gal. Gempa dikatakan merusak kalau skala intensitasnya sampai V MMI atau di atas 4,7 gal,” kata Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pertama Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Gorontalo, Hasan Arief, pada Selasa (18/10/2022).
Hasan mengatakan, pergerakan batuan di bawah lengan utara Pulau Sulawesi, lempeng samudera Laut Sulawesi bertabrakan dengan lempeng benua mikro lengan utara Sulawesi sejak 50 jutaan tahun lalu.
Baca juga: Gempa M 5,1 Guncang Teluk Tomini, Warga Kota Gorontalo: Kami Kaget
Saat ini, lempeng samudera Laut Sulawesi sudah menunjam ke dasar bumi hingga kedalaman 200 km sampai di mantel bumi.
Lempeng yang menunjam ini juga sering disebut slab subduksi.
“Selama slab subduksi turun terus maka masih ada tekanan di wilayah zona interplate atau zone tumbukan dua lempeng, sehingga akan terus terjadi gempa bumi dan kalau lempengnya cukup elastis akan terus membentuk lipatan dan pegunungan yang memanjang seperti barisan pegunungan di Kabupaten Gorontalo Utara,” ujar Hasan Arief.
Demikian pula yang terjadi di pertemuan lempeng samudra yang sudah memasuki mantel bumi. Ada proses pelelehan slab karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam bumi.
“Menurut beberapa teori slab, keadaan di mantel sana tidak memungkinkan adanya gempa karena slab menjadi sangat elastis. Namun, karena adanya panas yang terus-menerus maka slab yang tadinya membawa air/cairan berubah menjadi kering (dehidrasi) sehingga tidak lagi elastis, rapuh, dan terjadilah gempa-gempa kecil di kedalaman lebih dari 30 km,” ujar Hasan Arief.
Hasan Arief menambahkan, dengan melihat sejarah dan peta gempa di kawasan ini, gempa yang terjadi pada Senin malam kemarin memang sering terjadi pada waktu-waktu sebelumnya, bahkan dimungkinkan akan terjadi di masa depan selama subduksinya masih aktif menunjam.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Gorontalo Gandamana Matondang mengatakan, di kawasan Teluk Tomini sering terjadi gempa menengah, terutama di daerah Bolaang Uki.
“Teluk Tomini sering terjadi gempa, terutama di Bolaang uki, gempanya dengan kedalaman menengah,” kata Gandamana Matondang.
Gandamana Matondang menuturkan, ada 3 jenis gempa menurut kedalamannya, yaitu gempa dangkal yang hiposentrumnya pada 0-60 km, gempa menengah pada kedalaman 60-300 km, dan gempa dalam dengan hiposentrum berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.
“Gempa di selatan Gorontalo sering terjadi namun hanya bisa dirasakan, jarang menimbulkan kerusakan,” tutur Gandamana Matondang.
Baca juga: Keunikan Tradisi Walima dalam Peringatan Maulid Nabi di Gorontalo
Menurut Gandamana Matondang, Stasiun Geofisika selama ini terus menyebarluaskan informasi gempa baik yang dirasakan maupun tidak kepada masyarakat melalui berbagai media dan platform, sekolah lapang juga sudah dilakukan di daerah-daerah, dan akan terus membuat kegiatan ini.
“Informasi dan edukasi kami lakukan kepada masyarakat dan kolaborasi juga kami lakukan dengan pemangku kepentingan untuk menjalin sinergitas karena bencana gempa tidak bisa ditentukan,” ucap Gandamana Matondang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.