ACEH BESAR, KOMPAS.com - Sekitar 30 kepala keluarga (KK) korban gempa dan tsunami Aceh 2004 yang direlokasi ke Dusun Pelita, Desa Meunasah Mon, Krueng Raya Aceh Besar selalu kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasalnya, pemukiman mereka berada di kawasan bukit, tepatnya di pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan selat malaka dan laut hindia.
“Saya dulu rumah di bawah dekat laut. Pasca tsunami, saya tidak berani lagi tinggal di bawah tempat rumah sebelumnya dan mendapat rumah bantuan disini,” kata Jumiati (58) warga Gampong Meunasah Mon kepada wartawan saat ditemui kompas.com di rumahnya, Senin (17/10/2022).
Jumiati mengaku sejak ia tinggal di Dusun Pelita mereka kesulitan mendapatkan sumber air bersih untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Bersama warga lain, ia hanya mengandalkan air dari satu sumur yang tersedia di pemukiman.
Baca juga: Smong, Kearifan Lokal yang Selamatkan Puluhan Ribu Warga Pulau Simeulue dari Tsunami Aceh 2004
“Ada satu sumur untuk digunakan bersama di sini, tapi airnya sedikit sekali. Jadi siapa yang duluan ambil, itu yang dapat (air). Saya kadang-kadang tunggu jam 03.00 WIB dini hari ambil air, itupun (hanya) dapat satu timba kecil,” katanya.
Sumur dengan kedalaman 28 cincin atau sekitar 80 meter lebih itu kondisi normal debit airnya hanya ada sekitar 30 centimeter dari dasar kedalaman sumur.
Sialnya, saat musim kemarau, satu-satunya sumur yang menjadi sumber air warga itu sering kering dan keruh.
“Kalau kemarau itu airnya kering, keruh, sangat susah kami untuk mendapatkan air bersih,” sebutnya.
Selain satu-satunya satu sumur untuk warga, aliran sungai dengan kondisi air sedanya juga menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
“Kalau mencuci, mandi, dan minum juga kami harus ambil air sungai, karena di sumur airnya sedikit tidak cukup untuk semua, siapa yang duluan ambil itu yang dapat. Kalau di sungai airnya banyak, walau kadang sering keruh apalagi saat musim hujan” jelasnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh warga lainnya, Sofyan salah satunya, mantan kepala Desa Meunasah Mon, Krueng Raya, Aceh Besar ini juga mengaku sebelumnya ia terpaksa harus menggunakan mesin pompa untuk mengaliri air dari aliran sungai ke rumahnya.