PEKANBARU, KOMPAS.com - Massa yang mengatasnamakan Pemuda Batak Bersatu Cabang Rohung melakukan aksi unjuk rasa terkait tuntutan adanya guru yang intoleran terhadap siswanya di Markas Polres (Mapolres) Rokan Hulu (Rohul), Kecamatan Rambah, Kabupaten Rohul, Riau, Senin (17/10/2022).
Mereka meminta agar proses hukum tetap berjalan meski sudah berdamai.
Aksi massa ini dikawal ketat oleh aparat kepolisian dan TNI. Apalagi, mereka unjuk rasa terkait persoalan agama.
Baca juga: 10 Sekolah Negeri Diduga Intoleran, Sanksi Tegas Berlaku bagi ASN Diskriminatif
"Benar, tadi kami dari TNI bersama kepolisian melakukan pengamanan terhadap massa yang unjukrasa di Polres Rohul. Unjukrasa berjalan dengan damai dan lancar," ujar Serda Dedy Samosir, selaku Penerangan Humas Koramil 02/Rambah saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Senin.
Saat ditanya soal tuntutan massa unjuk rasa, Dedy menyebutkan, terkait adanya seorang tenaga pengajar di SMKN 1 Tandun, Kabupaten Rohul yang diduga melakukan tindakan intoleran terhadap siswa non-muslim.
Sementara itu, Ketua Pemuda Batak Bersatu Kabupaten Rohul, Sarifuddin Marbun mengatakan, meski persoalan guru diduga intoleran terhadap siswa non-muslim berakhir damai, namun proses hukum tetap harus dilanjutkan.
"Langkah pihak kepolisian melakukan mediasi terhadap siswa dengan oknum guru di SMKN 1 Tandun tersebut merupakan langkah yang baik. Akan tetapi, proses hukum harus ditegakkan," kata Sarifuddin saat diwawancarai wartawan, Senin.
Pihaknya mengaku sudah mendapat informasi bahwa guru dengan siswa tersebut sudah berdamai.
Menurutnya, perdamaian itu sah-sah saja.
"Itu sah-sah saja. Bahkan, secara kemanusiaan kami juga sudah memaafkannya. Tetapi, kalau secara hukum harus ditindak tegas, agar ke depan hal seperti ini tidak terulang kembali," ujar Sarifuddin.
Kasus guru diduga intoleran terhadap siswa non-muslim terjadi di SMKN 1 Tandun di Rohul, Jumat (14/10/2022).
Hal itu disampaikan salah satu orangtua korban, Jonses Sianturi saat mengikuti unjuk rasa.
Awalnya, siswa yang beragama islam sedang melaksanakan kegiatan ibadah. Begitu pun dengan siswa non-muslim juga melaksanakan kegiatan ibadah.
"Kebetulan pada hari itu guru dari umat Nasrani tidak hadir. Tapi, ada salah satu senior di antara murid yang dipercaya untuk memberikan ibadah kebaktian kepada murid yang lain. Begitu anak-anak melaksanakan kegiatan kebaktian, lalu datang seorang guru inisial M menendang pintu dengan keras dan langsung masuk ke ruangan sambil berkata yang tidak etis atau bertindak intoleran kepada murid," ungkap Jonses.
Tak hanya berkata kasar, sebut dia, guru tersebut juga diduga memukul siswa.
"Anak saya dipukul pakai sapu. Dia berkata kasar kepada anak saya," akui Jonses.
Ia mengatakan, anaknya itu mengadu sehari setelah kejadian. Bahkan, persoalan itu telah diambil jalan damai antara siswa dan guru di Polsek Tandun.
"Kami orangtua tidak tahu mereka buat perdamaian. Makanya kami tidak terima dan melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian," kata Jonses.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.