JAYAPURA, KOMPAS.com- Maria Margaretha Solflanet (50) keluar dari bilik di Pasar Youtefa Kotaraja, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua yang selama ini dia gunakan sebagai tempat beristirahat.
Maria yang merupakan penyandang disabilitas dari Kabupaten Keerom terpaksa tidur di pasar dan tidak pulang ke rumahnya di Kampung Suakarsa, Distrik Arso, Kabupaten Keerom.
Baca juga: Pasar Dolog Agats Papua Terbakar, Ratusan Kios dan Rumah Dilalap Api
Perjalanan dari Kota Jayapura ke Kabupaten Keerom, memakan waktu 1-2 jam menggunakan angkutan umum (angkot).
Hal ini yang membuat Maria memutuskan untuk berjualan dan tidur di Pasar Youtefa meski hanya di bilik bertutup terpal.
“Awalnya saya jualan pulang pergi dari Kabupaten Keerom ke Kota Jayapura dan balik lagi, tapi dengan kondisi saya seperti ini, maka saya memutuskan untuk berjualan di pasar dan tidur di pasar,” kata Maria kepada Kompas.com, Sabtu (15/10/2022).
Baca juga: Pesona Wisata Bahari Fakfak, Kabupaten Tertua di Papua
Maria dibantu suaminya, Fredik Wakum (62) saat hendak duduk di kursi roda.
Dia lalu bercerita mengenai kehidupannya berjualan di Pasar Youtefa.
Maria mengatakan, dia dan suaminya membeli sayur dan menjualnya kembali di pasar. Hal ini dilakukan untuk menyambung hidup.
“Kami sudah 3 bulan ini tidak pulang ke Keerom. Kami berjualan sayur di pasar dan tidur di pasar dengan pondok seadanya. Ada pedagang yang sayurnya biasa dititipkan kepada kami untuk berjualan nanti keuntungannya dibagi ke kami,” ungkapnya.
Maria bercerita, dua tahun lalu, tepatnya 8 November 2020 dia mengalami kecelakaan.
Lutut bagian kaki kanannya patah. Sejak kecelakaan itu, Maria tak bisa berjalan lagi.
“Suami saya pada tahun 1983 kerja di Perusahaan Kelapa Sawit dan kami tinggal sejak tahun 1990-an di Kampung Wonorejo, tetapi karena anak-anak tidak harmonis dengan kita, maka saya dan suami memilih pindah ke Kampung Suakarsa,” cerita Maria.
Dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, Maria tidak pernah berobat dan mengecek kondisi kakinya lagi di rumah sakit di Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura.
“Waktu itu mau ke rumah sakit pas Covid-19 tahun 2020, sehingga tidak pernah ke sana. Lalu juga tidak tidak punya BPJS dan waktu itu mau urus, tetapi orang yang urus mengalami Covid-19, sehingga sampai saat ini belum periksa kaki saya di rumah sakit pascakecelakaan waktu itu,” katanya.
Maria mengaku hanya bisa berjualan di pasar demi sesuap nasi dengan keadaannya saat ini. Bahkan kursi roda yang dia gunakan merupakan kursi roda bekas yang diberikan seorang pemulung.
“Saya ini tidak punya apa-apa. Kami menempati tempat yang kondisinya sudah tidak layak. Makan sehari-hari harus jualan sayur di pasar atau para pedagang titip sayur untuk kami jual,” kata wanita asal Kota Malang Provinsi Jawa Timur yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di Kabupaten Keerom ini.
“Saya baru menggunakan kursi roda ini pada awal bulan Januari 2022. Kursi roda ini diberikan oleh seorang petugas pemungut besi tua dari Sentani yang berikan, karena melihat kondisi saya sebagai disabilitas fisik yang tidak bisa berjalan,” lanjut dia.
Baca juga: Pasar Dolog Agats Papua Terbakar, Ratusan Kios dan Rumah Dilalap Api
Fredi Fakum, suami Maria membenarkan bahwa dia dan istrinya membuat bilik di pasar untuk tempat beristirahat.
“Kami berjualan sayur dan tidur di pasar,” katanya.
Fredi sendiri merupakan orang asli Biak dari Kabupaten Sarmi.
Meski demikian, ia telah menghabiskan sebagian hidupnya di Kabupaten Keerom dan sudah menjadi warga di sana.
Dulu, Fredi bekerja di perusahaan kelapa sawit di Kabupaten Keerom.
Kini dia tidak lagi bekerja di perusahaan sawit tersebut.
“Saya selalu damping istri untuk berjualan sayur di pasar. Awalnya memang kami turun naik dari Kabupaten Keerom ke Kota Jayapura untuk berjualan, tetapi karena kondisi istri begini, maka kita terpaksa harus berjualan sambil tidur di pasar,” ujarnya.
Fredi mengakui, mereka selama ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah Kabupaten Keerom.
Baik bantuan tempat tinggal maupun biaya pengobatan istrinya.
“Ada yang datang mengatasnamakan Dinas Sosial ambil data, tetapi sampai sekarang tidak ada bantuan. Hanya janji-janji saja, tetapi selama 2 tahun istri saya mengalami disabilitas fisik ini belum ada perhatian dan bantuan,” ucap Fredi.
Baca juga: Polisi Tangkap 2 Pelaku Penikaman yang Tewaskan Penjaga Kios di Jayapura
“Kami tetap berdoa dan berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah, terutama melihat kondisi istri saya sebagai penyandang disabilitas fisik yang sudah dua tahun ini tidak mendapatkan perhatian sama sekali,” harapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.