KUPANG, KOMPAS.com - Welhelmus Eduardus Lisnahan (48), sempat putus asa ketika dokter menyampaikan vonis hidupnya tersisa tiga hari karena akibat penyakit HIV/AIDS yang diidapnya.
Welhelmus tak lupa, kabar mengagetkan itu didengar pada 2010. Saat itu, ia menjalani perawatan selama dua pekan di rumah sakit.
Sekitar 12 tahun berlalu, Welhelmus tetap bertahan. Meski harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidup, Welhelmus tetap semangat menjalani hidup.
Kini, Welhelmus juga menjadi konselor dan motivator bagi penderita HIV/AIDS lainnya. Welhelmus bahkan mendirikan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Perjuangan yang bergerak menangani pasien HIV/AIDS.
Penderita HIV, kata Welhelmus, tak jarang mendapat pandangan miring dari masyarakat. Hal itu juga dialaminya saat keluar dari rumah sakit setelah menjalani rangkaian perawatan.
Sejumlah tetangga takut bertemu dengan Welhelmus. Bahkan, warga ada yang tak berani melintas di depan rumahnya.
Baginya, sikap masyarakat itu terjadi karena faktor ketidaktahuan tentang penularan penyakit HIV. Warga baru bisa menerima keberadaannya, setelah kelurahan setempat membentuk warga peduli AIDS.
Baca juga: Perjuangan Welhelmus, 12 Tahun Mengidap HIV/AIDS, Sempat Divonis Usia Tinggal 3 Hari (Bagian 1)
Setelah itu, Welhelmus pun secara jujur mengumumkan kepada publik terkait penyakit yang dideritanya.
"Kenapa saya harus jujur ke publik bahwa saya kena HIV, karena mimpi saya Kota Kupang harus bebas HIV/AIDS. Kita punya komitmen, cukup kita saja yang kena. Orang lain jangan kena," kata Welhelmus saat ditemui di kediamannya, Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (13/10/2022).
Welhelmus ingin, masyarakat bisa mengawasi keberadaannya. Welhelmus juga selalu mendorong penderita HIV/AIDS lainnya untuk jujur tentang penyakit mereka.
"Kalau warga tidak tahu saya ini orang dengan HIV, tentu saya bisa dengan mudah menyebarkan penyakit ini ke orang lain. Sehingga saya selalu bilang kepada teman-teman yang mengidap HIV harus jujur, sehingga mudah diawasi," ujar Welhelmus.
"Orang yang mengidap penyakit lainnya saja pasti mati. Kenapa kita harus takut dengan penyakit ini, apalagi malu," sambungnya.
Sehingga dia berharap, adanya kejujuran dari warga yang mengidap HIV. Karena kata dia, orang dengan HIV tidak selamanya harus meninggal.
Itu dibuktikan dengan dirinya yang masih hidup selama 12 tahun dan dua rekannya yang sedang dirawat di rumahnya. Kedua rekan itu masih hidup tiga hingga lima tahun.
Dia pun meminta masyarakat untuk berhenti bersikap diskriminatif terhadap dia dan rekannya yang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.