Untuk memotivasi dirinya agar bisa melewati masa kritis, Welhelmus pun mulai berdoa dan membaca kitab suci.
"Saya memang selama ini tidak pernah ke gereja, apalagi sembahyang. Jadi waktu itu saya berjanji ke Tuhan, saya bilang jika sembuh, saya akan bersaksi kepada banyak orang tentang kebaikan Tuhan," kata Welhelmus.
Hingga dua pekan terlewati dan Welhelmus perlahan mulai sembuh. Dia akhirnya diperbolehkan keluar rumah sakit setelah melewati masa kritis.
Ia bisa kembali ke rumah dengan sejumlah resep dokter dan harus mengonsumsi obat sepanjang hidupnya.
"Harus telaten dan tertib konsumsi obatnya," kata dia.
Welhelmus optimistis, orang dengan HIV bisa bertahan asal ada kemauan dan motivasi untuk sehat dan hidup.
"Harus jujur bahwa banyak yang tidak percaya kalau orang dengan HIV bisa hidup sehat kembali. Saya sudah 12 tahun hidup pasca-terinfeksi HIV dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa sampai saat ini," kata dia.
Dia menuturkan, sebelum mendirikan LSM Perjuangan, dirinya sempat menjadi relawan pada LSM Flobamor Jaya Peduli, yang fokus membantu orang dengan HIV/AIDS.
Namun sejak 14 Februari 2014, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah kembali dari pelatihan konselor di Yogyakarta.
Welhelmus sempat memeriksa kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat walau tetap mengonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/AIDS.
LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah orang dengan HIV dan AIDS.
Ia menyadari banyak orang dengan HIV yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan.
Padahal, keterbukaan sangat penting sehingga ada dukungan keluarga dan lingkungan.
Menurut Welhelmus, tingginya penderita AIDS yang meninggal beberapa waktu lalu, karena mereka cenderung menutup diri dan tidak terbuka sehingga sulit dirawat.
Ia juga menepis anggapan kalau orang terinfeksi HIV karena pergaulan bebas dan menikmati dunia malam.