Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengikis Stigma ‘Kutukan’ yang Mengisolasi Anak-anak Cerebral Palsy dari Ruang Publik

Kompas.com - 07/10/2022, 05:23 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Harapkan uluran tangan pemerintah dan masyarakat

Mewakili orangtua lainnya, Iin dan Tri merasakan fasilitas ramah difabel masih kurang.

Baik di kota besar seperti Semarang, maupun kota kecil lainnya. Fasilitas pengobatan dan rehabilitasi juga belum terjangkau untuk semuanya.

“Seperti mau ngajak jalan-jalan ke mal, repot pakai eskalatornya,” keluh Iin.

Semestinya di ruang publik, pemerintah maupun swasta mempertimbangkan keberadaan kaum difabel dalam membangun fasilitasnya.

Termasuk memilih travelator ketimbang eskalator untuk memudahkan pengguna kursi roda.

Kemudian, fasilitas konseling bagi orangtua anak-anak cerebral palsy, khususnya ibu-ibu yang mengurus anaknya secara intens.

Baca juga: Puluhan Kasus KDRT Terjadi di Jateng, Paling Banyak Kota Semarang

 

Kondisi kesehatan mental terjaga dan terhindar dari stres.

Sementara untuk masyarakat, mereka berharap dukungan moral. Seperti halnya didahulukan saat berbaris dalam antrean dan perlakuan kecil lainnya.

“Tolong jangan lihat dengan pandangan aneh dan jijik. Lebih baik tanya langsung saat melihat kami, daripada ngomongin di belakang,” terang dia.

Dengan keberanian orangtua untuk menampilkan anak-anak cerebral palsy di ruang publik, ia harap masyarakat lebih terbiasa menerima keberadaan anaknya.

Cerebral palsy bukan kutukan

Tak seperti stigma cerebral palsy adalah sebuah ‘kutukan’ yang dilanggengkan masyarakat awam, sejatinya cerebral palsy merupakan gangguan yang terjadi pada otak dan saraf seseorang.

Gangguan itulah yang menyebabkan fungsi motorik tak bekerja sebagaimana mestinya dan terkadang membuat kecerdasan di bawah rata-rata.

Hal itu membuat anak cerebral palsy tak bisa beraktivitas secara mandiri.

“Cerebral palsy merupakan kondisi imbas yang bisa terjadi saat bayi mengalami sakit berat. Kemudian berdampak pada sel otak,” tutur Dokter Spesialis Anak Harancang Pandih Kahayana yang bertugas di RS Wongsonegoro.

Kondisi itu juga dapat terjadi bila ada infeksi virus toxoplasmosis, rubella (campak Jerman), cytomegalovirus (CMV) dan herpes simpleks (TORCH) saat masa kehamilan.

Untuk menerjemahkannya, Dokter Pandih mengibaratkan sel kuku dan sel otak. Bila sel kuku yang rusak saat terluka dapat tumbuh kembali, sel otak tidak demikian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah Tapi Tetap Dapat Nilai

Dugaan Dosen Joki di Untan Pontianak, Mahasiswa Tidak Kuliah Tapi Tetap Dapat Nilai

Regional
Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Lebaran Kelar, Harga Bumbu Dapur Terus Melambung di Lampung

Regional
Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com