Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengikis Stigma ‘Kutukan’ yang Mengisolasi Anak-anak Cerebral Palsy dari Ruang Publik

Kompas.com - 07/10/2022, 05:23 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

SEMARANG, KOMPAS.com - Tak jarang perempuan yang melahirkan anak dengan cerebral palsy dijauhi, digunjing, bahkan mendapat stigma terkena ‘kutukan’ oleh masyarakat sekitarnya.

Tekanan itu membuat para orangtua hampir tak pernah membawa anaknya keluar rumah. Anak-anak cerebral palsy pun terisolasi dari ruang publik.

“Dari puluhan ibu-ibu dengan anak cerebral palsy yang saya kenal, tiga di antaranya diceraikan dan ditinggal suaminya,” ungkap Fita Maryunani, pendiri Komunitas Semar Cakep Semarang, pada Kamis (6/10/2022).

Ironi tersebut membuktikan beban berlipat yang harus ditanggung para perempuan yang melahirkan anak dengan kondisi cerebral palsy.

Baca juga: Beri Bantuan Kursi Roda Adaptif Bocah Cerebral Palsy di Solo, Mensos Risma: Upaya Kita Ajarkan Anak Saling Peduli

Selain stigma yang merendahkan dari masyarakat, para perempuan itu juga kerap disalahkan keluarganya sendiri lantaran melahirkan 'anak yang tak diinginkan'.

Lalu, komunitas besutan Fita itu dibentuk untuk menaungi anak-anak cerebral palsy dan orangtua yang mengasuhnya. Hampir semua yang terlibat aktif di dalamnya merupakan golongan ibu-ibu.

Kompas.com mewawancarai dua perempuan tangguh yang mampu merawat dan membesarkan anaknya dengan cerebral palsy sampai sekarang menginjak usia 9 tahun dan 12 tahun.

Saat Tri Susanti (30) ibu dari Inayah Ramadhan (9) itu mendapati anak pertama kesayangannya terkena cerebral palsy, ia merasa seperti ditampar kenyataan.

“Katahuannya itu 1,5 tahun karena kejang terus, CP epilepsy,” ungkap Tri.

Meskipun jarang diajak bermain ke luar rumah, ia tetap rutin melakukan terapi dan pemeriksaan kesehatan untuk anaknya 2 kali dalam seminggu.

“Dulu sejak lahir anak di rumah terus. Enggak pernah dibawa ke luar, ke mal gitu. Siapa itu Inayah, itu enggak ada yang kenal. Karena dulu malu,” ujar dia.

Pengalaman dicela dan dilihat dengan pandangan aneh sudah menjadi makanan sehari-hari.

Akan tetapi ia sempat terpuruk saat mendengar diagnosa dokter bila kondisi putrinya itu tak bisa membaik.

“Dulu pernah dibilang dokter, bakal enggak bisa jalan selamanya,” kata ibu dengan tiga anak itu.

Tak cukup sampai di situ, di samping mengurus Inayah dan dua adiknya yang berusia 6 tahun dan 11 bulan, Tri masih memikul seluruh beban pekerjaan rumah tangga seorang diri.

Sebab, sang suami lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk mencari nafkah keluarga.

Diakui terkadang ia merasa jengah dengan rutinitas yang seakan mengisolasi dirinya.

“Tiap malam, kalau habis isya' enggak saya paksain diri buat tidur, itu rasanya tiap hari pengen nangis terus meratapi nasib,” beber dia.

Namun, setelah bergabung dengan Komunitas Semar Cakep, ia seperti mendapat suntikan semangat setiap harinya.

Energi positif yang disalurkan Fita pada Tri berubah menjadi limpahan kasih sayang untuk anaknya.

Dengan terapi mandiri, kini Inayah sudah dapat duduk dan menonton televisi setelah sebelumnya hanya berbaring selama bertahun-tahun.

Kini Tri berani menggendong Inayah keluar rumah, menemaninya bersekolah di rumah difabel milik Semar Cakep, hingga berjalan-jalan di ruang publik.

“Sekarang Inayah sudah besar, jadi ke mana-mana saya bawa pakai kursi roda,” terang warga asal warga Pedurungan, Kota Semarang itu.

Sedikit berbeda dengan Tri, Indartik (44) ibu dari penyandang cerebral palsy, Tifany Fernindhia (12), tak sendirian mengasuh anaknya.

“Kebetulan anak saya yang cerebral palsy itu anak ketiga, jadi kakaknya ikut sudah besar-besar bisa gantian mengasuh,” ungkap dia.

Ia juga menanamkan pada kedua kakak Fany, terlepas apapun kondisi si bungsu, Fany adalah adik yang memerlukan kehadiran dan kasih sayang mereka.

Di akhir pekan, suami dan kedua kakak Fany juga meluangkan waktu khusus untuk bersenang-senang dengan Fany.

Baca juga: Kisah Santi Perjuangkan Ganja Medis untuk Sang Putri yang Cerebral Palsy: Saya Usahakan yang Terbaik

Ia mengungkapkan, rasa sedih dan terpuruk juga pernah dialami perempuan yang akrab disapa Iin itu. Namun, ia bertekad memutus keterpurukan demi kebaikan anaknya.

Fany yang lahir secara prematur mengalami keterlambatan pertumbuhan. Sang ibu sudah menyiapkan mental untuk menerima kemungkinan terburuk.

“Perlu dua tahun untuk akhirnya bisa menerima hal ini,” cerita Iin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Pelaku Pembunuhan Mantan Istri di Kubu Raya Menyerahkan Diri

Regional
Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Kronologi Hilangnya Gadis Asal Karanganyar di Malam Takbiran hingga Ditemukan Tewas Tertutup Plastik

Regional
Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Ketua DPD Golkar Kalbar Dipastikan Tak Maju Jadi Calon Gubernur

Regional
Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Pria di Kubu Raya Diduga Bunuh Mantan Istri, Pelaku Belum Tertangkap

Regional
Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Bumi Perkemahan Sukamantri di Bogor: Daya Tarik, Fasilitas, dan Rute

Regional
Aduan Tarif Parkir 'Ngepruk' di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Aduan Tarif Parkir "Ngepruk" di Solo Selama Lebaran Minim, Dishub: Tim Saber Pungli Kita Turunkan Semua

Regional
Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Detik-detik Kecelakaan ALS, Bus Melambat, Oleng, Lalu Terbalik

Regional
Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Pemkot Ambon Tak Berlakukan WFH bagi ASN Usai Libur Lebaran

Regional
5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

5 Unit Rumah Semipermanen di Ende Ludes Terbakar, Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah

Regional
Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Sungai Meluap, 4 Desa di Sikka Terdampak Banjir

Regional
Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Daftar 20 Korban Tewas Tragedi Bencana Longsor di Tana Toraja

Regional
Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Toko Emas di Blora Dirampok, Pelaku Sempat Todongkan Senjata Api saat Beraksi

Regional
Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Pendangkalan Muara Pelabuhan Nelayan di Bangka, Pemprov Gandeng Swasta

Regional
2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com