Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fathir Menangis di Depan Patung Kanjuruhan, Menyesal Tak Bisa Selamatkan Adik Sepupu

Kompas.com - 06/10/2022, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

"Saya dapat keluar dari stadion. Di luar stadion saya kebingungan mencari teman dan adik saya," terangnya.

Baca juga: Pintu Stadion Kanjuruhan Tak Segera Dibuka, Panpel Arema FC Sebut Takut Diserbu Suporter dari Luar

Beberapa waktu berselang, ponselnya berdering. Dia mendapat telepon dari kawannya yang berhasil keluar dari dalam stadion.

Temannya meminta Fathir merapat ke gerbang masuk stadion.

Ketika Fathir bertemu rekannya, dia mendapat kabar bila adiknya telah meninggal dunia. Mendapat kabar itu, kontan pikirannya kacau. Hatinya hancur dan menangis sejadi-jadinya.

Fathir merasa bersalah tak bisa menyelamatkan adik serta kerabat lainnya.

"Jenazah adik saya berada di tribun VIP. Saya menuju ke sana. Jenazah adik saya langsung dibawa pulang ke rumah duka dengan ambulans," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Tregedi Kanjuruhan, Saksi Sebut Pintu 13 Sempat Terbuka lalu Ditutup Lagi dengan Gembok Saat Kerusuhan

Di samping itu, Fathir mengungkapkan, menurutnya, Aremania yang turun ke lapangan menyusul peluit panjang babak kedua dibunyikan, tidak bermaksud menyerang pemain Arema FC dan official.

Justru Aremania ingin memberikan motivasi kepada para pemain. Para Aremania tampak memeluk penjaga gawang Arema FC, Adilson Maringa.

Sebagai informasi, dalam pertandingan itu, Persebaya unggul dengan skor 3-2 atas tuan rumah Arema FC.

"Ya, kami salah masuk lapangan. Kami, akui. Kami kecewa tim kebanggaan kalah di kandang. Mulanya, ada satu aremania yang turun ke lapangan. Kemudian diikuti aremania lain," kata dia.

Baca juga: Kesaksian Relawan Evakuasi Korban Tragedi Kanjuruhan, Syok Jenazah Tergeletak di Halaman Rumah Sakit Saat Hujan

"Saat di dalam lapangan, kami tak ada keinginan sedikitpun menyerang pemain dan official Arema FC. Kami memberikan motivasi," tambah dia.

"Namun, Aremania didorong mundur oleh aparat. Lalu, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah tribun," ujarnya.

Dia berharap pihak berwenang mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban meninggal dunia 131 orang.

"Penggunaan gas air mata di stadion dilarang oleh Fifa. Nyawa seakan tidak ada harganya. Saya minta diusut tuntas," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Tangis Fathir Tak Terbendung di Patung Singa Kanjuruhan, Sesali Tak Bisa Selamatkan Adik Sepupu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Regional
Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Regional
Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Regional
Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Regional
Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Regional
Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Regional
Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi 'Long Storage' Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi "Long Storage" Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Regional
Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Regional
Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com