Tanggal tersebut yang kemudian selalu diingat dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pontianak.
Lokasi cikal bakal Kesultanan Pontianak ditandai dengan berdirinya Masjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadriah yang kini menjadi Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.
Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai sultan pertama di Kesultanan Pontianak pada tahun 1778 Masehi dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.
Di masa tersebut, Kesultanan Pontianak mulai mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang.
Namun di awal kepemimpinannya terjadi konflik dengan Kerajaan Landak yang dimanfaatkan oleh Penjajah Belanda yang ingin menanamkan pengaruh di Kalimantan.
Pada akhirnya Belanda dapat menguasai kondisi dan mulai memonopoli perdagangan serta pajak, bahkan mendirikan benteng di barat Sungai Kapuas.
Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian (Politiek Contract) dengan Sultan Pontianak tentang penduduk Tanah Seribu (Verkendepaal) untuk dijadikan tempat kegiatan bangsa Belanda.
Belanda kemudian mendirikan Plaatselijk Fonds di bawah kekuasaan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak yang mengurus dana keuangan yang didapat dari wilayah Tanah Seribu (Verkendepaal).
Ketika Jepang berhasil merebut wilayah Pontianak, Plaatselijk Fonds berubah menjadi Shintjo dengan pemerintah sipil dipimpin oleh Guntjo.
Sejarah mencatat bahwa Jepang pernah berusaha mengadili kaum pribumi yang memberontak karena melihat kesengsaraan rakyat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.