KOMPAS.com - Kota Pontianak adalah sebuah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat yang dilewati oleh garis khatulistiwa.
Secara astronomis, Kota Pontianak terletak di antara 109° 16' 25” Bujur Timur – 109° 16' 04” Bujur Timur dan 0° 02' 24” Lintang Utara – 0° 05' 37” Lintang Selatan.
Baca juga: Wali Kota Pontianak Klaim Turis Asing Terpukau Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa
Hal ini pula yang membuat Kota Pontianak dikenal dengan julukan Kota Khatulistiwa atau Kota Equator.
Secara geografis, wilayah Kota Pontianak sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mempawah, sementara sebelah timur, selatan, dan barat berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya.
Baca juga: Profil Kota Pontianak
Diketahui hari jadi Kota Pontianak selalu diperingati dan dirayakan pada tanggal 23 Oktober setiap tahunnya.
Lantas apa alasan tanggal 23 Oktober ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pontianak?
Baca juga: Tugu Khatulistiwa di Kota Pontianak, Kaunikan Penanda Garis Khatulistiwa
Dilansir dari laman Pemerintah Kota Pontianak, sejarah panjang berdirinya Kota Pontianak dimulai kedatangan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang mencari kediaman baru.
Rombongan yang dipimpin Syarif Abdurrahman Alkadrie kemudian membuka sebuah hutan di persimpangan tiga sungai yaitu Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas.
Di sana Syarif Abdurrahman Alkadrie mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal.
Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah yang bertepatan pada tanggal 23 Oktober 1771 Masehi, tempat tersebut yang menjadi cikal bakal Kesultanan Pontianak.
Tanggal tersebut yang kemudian selalu diingat dan ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pontianak.
Lokasi cikal bakal Kesultanan Pontianak ditandai dengan berdirinya Masjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadriah yang kini menjadi Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.
Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai sultan pertama di Kesultanan Pontianak pada tahun 1778 Masehi dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.
Di masa tersebut, Kesultanan Pontianak mulai mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang.
Namun di awal kepemimpinannya terjadi konflik dengan Kerajaan Landak yang dimanfaatkan oleh Penjajah Belanda yang ingin menanamkan pengaruh di Kalimantan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.