KOMPAS.com - Sugeng (50) adalah seorang ayah yang anaknya menjadi korban luka berat akibat tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Usai insiden tersebut, anaknya yang bernama Risky Dendi Nugroho (19) harus menjalani perawatan intensif di RSUD dr Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
Sugeng pun menceritakan awal mula pencarian anaknya yang hilang setelah peristiwa mencekam tersebut.
Baca juga: Kedua Putrinya Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Ayah Korban: Janji Presiden Saya Tunggu
Ada sekitar lima rumah sakit yang dia datangi untuk mencari keberadaan anaknya.
Bahkan, dia sampai membuka satu per satu kantong jenazah para korban tragedi kerusuhan tersebut.
Seingat Sugeng, dirinya telah membuka lebih dari 50 kantong mayat di sejumlah rumah sakit.
"Saya melihat sendiri jenazah begitu banyaknya untuk cari anak saya. Saya buka (kantong) jenazah lebih dari 50 di dua rumah sakit. Waduh, saya enggak bisa mikir. Saya mikiri kondisi kuat saja," ungkap dia, dikutip dari TribunJatim.com, Rabu.
Beruntung, dia akhirnya bisa menemukan anaknya meskipun dalam kondisi luka berat.
Saat ini, anaknya yang baru lulus SMA tersebut masih harus dirawat di rumah sakit.
Sugeng mengatakan, sang anak terlalu banyak menghirup gas air mata yang dilontarkan aparat ke dalam tribune penonton.
Dia pun mengaku trauma atas insiden yang menewaskan ratusan korban jiwa tersebut.
"Ya traumanya seperti ini, masalah keamanan kok enggak seperti diharapkan. Kok terjadi seperti ini. Apalagi sampai meninggal sebegitu banyaknya," kata kakek dua cucu ini.
Sugeng yang sehari-hari berjualan nasi goreng ini mengungkapkan, setelah peristiwa kelam itu, dirinya akan melarang sang anak menonton pertandingan sepak bola secara langsung di dalam stadion.
Lebih baik sang anak menyaksikan pertandingan sepak bola melalui layar kaca televisi.
"Ya, enggak usah melihat seperti itu, enggak usah lihat sepak bola, kalau mau lihat ya dari TV aja," ucap dia.
Dia pun menyayangkan tindakan aparat yang menembakkan gas air mata ke arah suporter di dalam stadion.
"Keamanan stadion harus ditingkatkan. Ya soal kemarin (gas air mata) dari mana asal-usulnya ya dari aparat kemarin," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Cerita Pilu Ortu Korban Luka Tragedi Kanjuruhan, Larang Sang Anak Nonton Sepak Bola di Stadion
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.