Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sunardi, Penjual Sepatu Bekas sejak 1980-an di Semarang untuk Bertahan Hidup

Kompas.com - 04/10/2022, 12:19 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Teriknya panas matahari tak menghentikan proses jual beli di pasar Pedagang Kaki Lima (PKL) kawasan Banjir Kanal Barat (BKB), Kota Semarang.

Sejak pagi hari tadi, para penjual tersebut sudah menyuguhkan barang-barang bekas, mulai dari alat-alat elektronik, sepatu, baju, tas, hingga pernak-penik rumah tangga.

Salah satu lapak yang hilir mudik didatangi pembeli yaitu lapak milik Sunardi.

Baca juga: Kisah 3 Saudara Jadi Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan, Berstatus Pelajar, Ditemukan dengan Dada dan Wajah Membiru

Beragam sepatu, seperti sepatu kets, sekolah, kantor, hingga sandal dipajang di lapak mungil milik Sunardi.

Tak hanya itu, merek terkenal seperti Vans, Carvil, Precise, hingga Wakai juga berjajar rapi di hadapannya.

Sembari menunggu pembeli, Sunardi menceritakan, dirinya telah merasakan manis pahit berjualan sepatu bekas sejak 1980-an.

"Dulu saya pindah-pindah. Pernah di daerah SMP N 4 Semarang, terus di Pasar Johar lama sebelum dibongkar, baru ke sini," jelas Sunardi saat ditemui Kompas.com, Senin (3/10/2022).

Selama puluhan tahun ini pula, dirinya merasakan jatuh bangun menjadi seorang penjual sepatu bekas.

Mulai dari tak ada pembeli, terdampak pandemi, bahkan diusir oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Baca juga: Kisah Rafi, Siswa SMA yang Tewas Saat Kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Tak Bawa Identitas, Ditemukan Kakak di RS

"Dikejar-kejar Satpol PP juga sering. Makanya sekarang jualnya di teras rumah warga. Satu harinya bayar sewa Rp 7.000," jelas dia.

Lebih jelas Sunardi mengatakan, sepatu-sepatu bekas yang dijual itu tidak diberi harga mahal, hanya berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 100.000.

Dirinya menyebut, dalam satu hari dagangan Sunardi bisa terjual 1 hingga 3 pasang sepatu.

"Ya namanya rezeki, kadang laku kadang tidak. Tapi tiap hari pasti ada, langganannya sudah banyak," jelas dia.

Baca juga: Kisah Pilu Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, Ditelanjangi, Dianiaya 10 Senior, Dibedaki lalu Dipaksa Bikin Video Maaf

Dengan demikian, Sunardi tak lantas menyerah. Dirinya memasarkan sepatu-sepatu bekasnya itu setiap hari, pada pukul 08.00 pagi hingga 15.00 WIB.

Sunardi menuturkan, peminat pembeli sepatu bekas semakin berkurang seiring bertambahnya zaman.

Dampaknya, penghasilan yang didapatkannya setiap hari tidak bisa menutup kebutuhan sehari-hari.

"Dulu zaman tahun 2.000-an masih enak, sehari bisa buat kehidupan. Kalau sekarang mungkin cuma bisa buat makan sendiri," tutur Sunardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

2 Perahu Tabrakan di Perairan Nunukan, Dishub: Tak Ada Sanksi untuk Agen Pelayaran

Regional
Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Jadi Saksi Kunci, Bocah 7 Tahun di Palembang Lihat Pelaku yang Bunuh Ibu dan Kakak Perempuannya

Regional
Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Pangdam Kasuari Ingatkan Prajurit Kodam Tetap Waspada setelah Perubahan KKB Jadi OPM

Regional
Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Mentan Puji Merauke sebagai Surganya Pertanian

Regional
Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Mantan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Maju Lagi dalam Pilkada 2024

Regional
50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

50.000 Warga di Lebong Bengkulu Terendam Banjir, 2 Kecamatan Terisolasi

Regional
Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Misteri Pembunuhan Ibu dan Anaknya di Palembang, Ada Pisau Berlumurah Darah dan Sandal di TKP

Regional
Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Bertemu Pembunuh Ibu dan Kakaknya, Bocah di Palembang Telepon Ayah Sambil Ketakutan

Regional
Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Anggota Polres Yahukimo Bripda OB Meninggal Dianiaya OTK

Regional
Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Mantan Ketua KONI Tersangka Korupsi Dana Hibah Ditahan Kejati Sumsel

Regional
26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

26 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 4 Bulan

Regional
Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Perincian Sanksi untuk ASN di Semarang apabila Bolos di Hari Pertama Kerja Usai Lebaran 2024

Regional
127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

127 Perusahaan di Jateng Bermasalah soal THR, Paling Banyak Kota Semarang

Regional
Kisah Jumadi, Mudik Jalan Kaki 4 Hari 4 Malam dari Jambi ke Lubuk Linggau karena Upah Kerja Tak Dibayar

Kisah Jumadi, Mudik Jalan Kaki 4 Hari 4 Malam dari Jambi ke Lubuk Linggau karena Upah Kerja Tak Dibayar

Regional
Gagalkan Aksi Pencurian hingga Terjungkal, Karyawan Alfamart di Semarang Naik Jabatan

Gagalkan Aksi Pencurian hingga Terjungkal, Karyawan Alfamart di Semarang Naik Jabatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com