KOMPAS.com - Trauma dianiaya seniornya, ALP (19), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, ingin berhenti kuliah.
Keinginan ALP itu diungkapkan oleh sang ibu, Mai. Menurutnya, ALP telah dianiaya dengan tidak manusiawi oleh seniornya.
"Karena kasus ini anak saya jadi kepikiran untuk putus kuliah. Parahnya saat kejadian, ALP sampai ikut ditelanjangi oleh pelaku," sambungnya
Baca juga: Kronologi Bus Pariwisata Lindas Bocah 5 Tahun di Pantai Drini, Gunungkidul
Seperti diketahui, ALP mendapat tindak kekerasan saat mengikuti pindidikan dasar (diksar) di Bumi Perkemahan Gandus, Kota Palembang.
Menurut Mai, meskipun telah mendapatkan perawatan, kondisi anaknya masih terus dipantau perkembangannya.
Baca juga: Kronologi Mahasiswa UIN Palembang Dianiaya Senior, Ditelanjangi hingga Disundut Rokok
Dirinya mengaku sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa buah hatinya tersebut.
"Kondisi anak saya saat ini jidatnya bengkak, telinga biru semua, mata bengkak, ada sudutan rokok di muka, kedua lengan biru, dan ada banyak bekas jotos di kepala," ujar Mai, Minggu (2/10/2022) dikutip dari Sripoku.
"Tadi siang (Minggu) kami larikan ke rumah sakit dan dia (ALP) masih belum bisa dibesuk dulu. Jujur, dari semalam saya terus-terusan menangis bila membayangkan saat anak saya diperlakukan seperti binatang, biadab sekali mereka," tambahnya.
Baca juga: Mahasiswa UIN Palembang Dianiaya Senior, Diduga karena Bocorkan Pungli Kegiatan Organisasi
Sementara itu, kakak kandung korban, ZL, menjelaskan, pemicu penganiayaan terhadap adiknya adalah dugaan soal pungutan liar (pungli) di diksar.
Menurut ZL, adiknya bukanlah mahasiswa baru (maba), melainkan mahasiswa semester 3 Jurusan Ilmu Perpustakaan. Adiknya dituduh membocorkan rahasia internal organisasi yang diikuti.
"Apa yang adik saya bocorkan itu sesuai fakta. Diksar itu ada biaya Rp 300.000, mencakup keseluruhan. Tapi setiap peserta masih diminta sembako. Adik saya membocorkan rahasia itu ke teman-temannya yang pembela kebenaran. Rupanya ketahuan oleh orang-orang sesama organisasi (panitia diksar)," ujarnya.
Sikap kampus
Seperti diberitakan sebelumnya, pihak UIN Raden Fatah Palembang segera menanggapi insiden itu dengan membentuk tim investagasi internal.
Sebagao Ketua Tim Investigasi UIN Raden Fatah Palembang adalah Kun Budianto.
Kun mengatakan, pihak kampus saat ini sedang mencari informasi secara lengkap terkait kejadian tersebut.
“Kami sudah buat tim investigasi, nanti akan dibuktikan secara lengkap kejadiannya seperti apa,” kata Kun, Senin (3/10/2022).
Lalu soal sanksi, kata Kun, pihak kampus tetap berkomitmen melawan segala tindak kekerasan.
Baca juga: Komnas HAM Cium Indikasi Aparat Lakukan Kekerasan dalam Tragedi Kanjuruhan
Apabil terbukti, para pelaku akan mendapat sanksi sesuai prosedur di kampus.
“Sanksinya nanti pihak kampus yang kasih. Namun, untuk tindakan kriminal polisi yang akan mendalami. Kita kampus ada aturan dan itu nantinya akan diberikan bila ada pelanggaran,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Kapolsek Gandus Palembang, AKP Wanda Dhira Bernard, kejadian itu diduga akibat adanya kesalahpahaman internal dalam organisasi mereka bernama UKM Litbang.
Sehingga terjadilah aksi penganiayaan yang mengakibatkan korban mengalami luka lebam.
"Jadi sudah ada surat pernyataan antara kedua belah pihak yang kita saksikan bersama pihak keluarga hingga panitia setempat," kata dia. (David Oliver Purba).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.