Arinal menambahkan, Indonesia tidak harus impor jika sepuluh provinsi mendapatkan perlakuan khusus atau prioritas dari pemerintah atau kementerian untuk menghasilkan produk tertentu.
“Provinsi lainnya tidak usah dipaksa seperti itu (Lampung), tetapi mengembangkan komoditas prioritas lainnya. Setelah itu boleh, dong, barter, seperti yang kami lakukan dengan Bangka Belitung,” ungkapnya.
Dia mencontohkan, pihaknya akan mengambil kebijakan untuk membatasi ekspor kopi maksimal 60 persen untuk mencukupi konsumsi dalam negeri.
Sebab, kata Arinal, kopi berkualitas di Indonesia masih kurang banyak. Untuk itu, dia akan berupaya mengajak berbagai pihak mendistribusikan kopi dari Lampung.
Adapun perkembangan ekspor Lampung secara keseluruhan meningkat 53,82 persen pada periode Januari sampai Desember 2021 dengan nilai sebesar 4.837,14 juta dollar AS dibandingkan periode 2020 sebesar 2.217,03 juta dollar AS.
Baca juga: Polisi Gagalkan Penjualam 3.000 Benih Lobster Hasil Illegal Fishing di Lampung
Pangsa terbesar ekspor Lampung berasal dari ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (CPO) sebesar 32,03 persen, bahan bakar mineral sebesar 23,55 persen, serta kopi, teh, dan rempah-rempah sebesar 13,31 persen.
Capaian pembangunan Pemprov Lampung lainnya adalah indeks pembangunan manusia (IPM) Lampung yang meningkat sebesar 69,9 pon pada 2021 atau meningkat dari 69,6 pada 2020 dan 69,57 pada 2019.
Kemudian, rata-rata pengeluaran per kapita Provinsi Lampung pada 2021 dalam sebulan meningkat menjadi Rp 1.030.579 dari sebelumnya Rp 974.423 pada 2020 dan Rp 929.024 pada 2019.
Berikutnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Lampung pada 2021 mencapai 4,69 persen atau lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 6,49 persen.
Kinerja penurunan kemiskinan Pemprov Lampung juga berjalan cukup baik. Tingkat kemiskinan Provinsi Lampung per Maret 2021 sebesar 12,62 persen, lalu turun menjadi 11,67 persen per September 2021 atau di bawah rata-rata nasional sebesar 9,71 persen. Kemudian, per Maret 2022, tingkat kemiskinan Lampung turun lagi menjadi 11,57 persen.
Baca juga: Jatuh ke Bendungan saat Selfie, Warga Tanggamus Lampung Tewas Tenggelam
Pada 2020, kinerja penurunan kemiskinan Pemprov Lampung menempati peringkat ke-12 nasional dan menempati peringkat ke-14 nasional pada 2021.
Sementara itu, inflasi gabungan Lampung pada 2021 cukup stabil dan terkendali yakni sebesar 2,19 persen. Cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, dan beras menjadi komoditas yang mempunyai andil besar terhadap inflasi.
Selain sektor pertanian yang terus tumbuh, laju pertumbuhan ekonomi sektor konstruksi di Lampung mengalami peningkatan.
Hal tersebut seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan kegiatan ekonomi Lampung dan laju pertumbuhan ekonomi di bidang pengadaan air, pengelolaan sampah, dan lainnya.
Arinal berharap, kedatangan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober bisa dimanfaatkan para kepala daerah di Lampung untuk menarik investor ke Lampung.