Dikutip dari Tribun Ternate, Mendiang Almarhum Sultan Ternate, Syarifuddin bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah, dalam satu kesempatan pernah berkata.
"Legenda terbentuknya Danau Tolire biarlah menjadi cerita rakyat yang diceritakan turun temurun ke anak cucu. Secara akademis, danau tersebut terbentuk akibat aktivitas letusan Gunung Gamalama yang terjadi pada tahun 1775".
Namun dari data Pusat Lembaga Penilitan Indonesia (LIPI) disebutkan Danau Tolire terbentuk sejak tahun 1775 atau 247 tahun lalu.
Berdasarkan data fasies gunung api Gamalama (Bronto,1982 ), penelitian yang dilakukan oleh LIPI, terbentuknya Danau Tolire tercatat sebagai peristiwa Maar 1775, tepatnya pada 5-7 September 1775 pada lokasi di sekitar Desa Soela Takomi.
Baca juga: Ternate Kota Rempah, Upaya Pemkot Perkuat Identitas demi Menggerakkan Ekonomi
Desa tersebut radius 1,5 km di sebelah barat-daya Desa Tokome, Kecamatan Ternate Barat Kota Ternate.
Erupsi didahului oleh beberapa kali gempa besar, kemudian terjadi letusan uap (freatik) hingga beberapa jam sebelum fajar. Disertai dengan suara gemuruh dan sinar terang hingga pagi hari tanggal 7 September 1775.
Proses erupsi freato-magmatik ini, menyisakan sebuah kawah besar dan melenyapkan (amblesnya) Desa Soela Takomi, yang berada di atasnya bersama penduduknya.
Kawah-kawah maar ini kemudian terisi air, dan saat ini disebut sebagai Danau Tolire Jaha (Besar) dan Tolire Kecil.
Pada tahun 2022, LIPI melakukan pengukuran di Danau Tolire Besar.
Baca juga: Arti Penting Kerajaan Ternate dalam Dunia Perdagangan pada Masa Lalu
Luas daerah tangkapan air (DTA) danau adalah 244,2 Ha dengan tanah ber-ordo inceptisols dan ultisols, dengan iklim termasuk tipe iklim B (Basah).
Kedalaman maksimum danau 43,1 meter, diameter 600 meter, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau hanya 4 meter, salinitas, DO serta profil pH dan ORP mempunyai pola yang hampir sama.
Hal tersebut mengindikasikan kedalaman antara 8 dan 9 meter adalah lapisan chemocline atau oxycline.
Lapisan permukaan cenderung bersifat oksidatif dan lapisan dasar reduktif serta tidak dijumpai adanya stratifikasi lapisan danau oleh perbedaan suhu, dengan suhu permukaan 30°C.
Baca juga: Mengapa Ternate Dapat Berkembang Menjadi Kerajaan Maritim?
Daya dukung danau terhadap biota ikan sangat rendah, karena faktor tingginya kandungan sulfida dan lingkungan yang terisolir.
Sementara itu Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Abdul Kadir D Arif menjelaskan Maar Tolire atau dikenal dengan Danau Tolire, merupakan letusan yang berada di samping Gunung Gamalama.
Cara kerjanya, magma dalam tanah naik untuk menjadi letusan. Namun saat proses naik dan belum sampai pada puncaknya bertemu dengan air tanah sehingga terjadi perubahan siklus energi.
Kebetulan berada pada lereng yang mengalami konteks eksistensi paling lemah, seperti material mudah lepas, retak-retak dan itu biasanya ada di flange gunung.
"Karena naik dengan suhu yang tinggi ketemu air jadi, The subsidence atau ambruk, maka terbentuklah Maar Tolire tersebut, ujarnya.
Baca juga: Hubungan Kerajaan Ternate dan Tidore dengan Ulama dari Gresik
Sementara dinding yang tersisa adalah batuan yang paling kuat, dan yang jatuh ke dalam batuan yang paling lemah.
"Untuk bebatuan yang ada di tebing dari Danau Tolire tersebut, merupakan batuan andesit dari hasil letusan Gunung Gamalama, "bebernya.
"Karena letusan terjadi pada 1775 maka usia Tolire, saat ini sudah mencapai 247 tahun. Saya sangat berharap pada masyarakat Kelurahan Takome di 2025 itu ada satu acara besar namanya Mark Tolire, artinya secara edukasi nilainya sangat tinggi, "ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.