Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tewasnya Bupati Bangka Saat Kapal yang Ditumpangi Dibakar PKI

Kompas.com - 30/09/2022, 18:10 WIB
Heru Dahnur ,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Pelayaran Kapal Motor Bea Tjukai 32 (KM-BT 32) dari Pelabuhan Muntok Bangka menuju Palembang Sumatera Selatan pada 30 Juli 1965 berakhir tragis.

Kapal yang membawa sejumlah pejabat pemerintahan itu meledak dan terbakar saat melintasi selat Bangka.

Belakangan diketahui, kapal telah disabotase sekelompok orang yang berafiliasi dengan corps commitee Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca juga: Destinasi Wisata Benteng Toboali Bangka Selatan, Sejarah dan Daya Tariknya

Sejarawan Bangka Belitung, Akhmad Elvian mengatakan, KM-BT 32 terbakar dan menewaskan 8 penumpangnya.

Mereka yang gugur di antaranya Bupati Bangka Mayor Syafrie Rachman, istri Wali Kota Pangkalpinang Ny Saleh Zainuddin, dan Jaksa Itjan Saleh.

"Mereka dalam perjalanan bersama tim kesenian yang hendak menghadiri pernikahan keluarga wakil gubernur Sumatera Selatan," kata Akhmad kepada Kompas.com, Jumat (30/9/2022).

Akhmad menuturkan, keterlibatan PKI diketahui dari hasil sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Pangkalpinang.

Para pelaku menyabotase kapal dengan menyamar sebagai penumpang.

"Pelaku membakar kapal dan kemudian menyelamatkan diri menggunakan peralatan yang telah mereka siapkan," ujar Akhmad yang juga mantan Kepala Dinas Pariwisata Pangkalpinang.

Nama Mayor Syafrie Rachman dan Itjan Saleh kemudian diabadikan menjadi nama jalan di Kota Pangkalpinang.

Baca juga: Melihat Sumur di Desa Semanding Ponorogo, Saksi Bisu Pelarian Tokoh PKI Muso

Dalam insiden memilukan itu, penumpang selamat dibantu kapal barang yang kebetulan melintas di lokasi kejadian.

Peristiwa sabotase, kata Akhmad, bagian dari upaya PKI untuk menggulingkan orang-orang yang kukuh mempertahakan ideologi Pancasila.

Peristiwa di Selat Bangka itu menjadi salah satu catatan kelam sejarah bangsa, menandai rangkaian pemberontakan PKI yang puncaknya terjadi di Jakarta pada 30 September 1965.

Aksi terang-terangan PKI dalam mengubah ideologi negara, kata Akhmad, tak lepas dari legalitas yang mereka miliki kala itu.

Bahkan dalam Pemilu 1955 yang disebut-sebut sebagai pemilu paling jujur dan adil, PKI meraup suara signifikan dan bercokol di posisi empat besar nasional.

"Puncak perkembangan partai politik di Indonesia dapat dilihat pada saat Pemilu pertama yang dilaksanakan 1955 yang diikuti oleh sekitar 30 partai politik dan keluar sebagai pemenang secara berurutan adalah PNI, Masyumi, NU, PKI, PSII dan Parkindo. Pemilu tahun 1955 dianggap sebagai pemilu yang demokratis," ujar Akhmad.

Sebagai pemenang pemilu di posisi keempat pada Pemilu 1955 PKI kembali ingin mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi komunis dan kemudian melakukan gerakan kudeta pada 30 September 1965.

"Keberadaan PKI di daerah yang sangat menonjol juga terlihat dari foto-foto pemilu di daerah, di mana bendera PKI terlihat paling tinggi," ujar Akhmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Harga Bawang Merah Melonjak di Banda Aceh, Sentuh Rp 70.000 Per Kg

Regional
Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Elpiji 3 Kg Langka, Pemkab Kendal Minta Tambah Pasokan dan Bakal Sidak Restoran

Regional
Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Selamatkan Anak yang Tercebur Sumur, Ayah di Purworejo Tewas

Regional
Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Puskesmas Tak Ada Ambulans, Polisi di NTT Bantu Evakuasi Ibu Melahirkan ke RS Pakai Mobil Dobel Gardan

Regional
Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Ditinggal Melaut, Rumah Kayu di Nunukan Ludes Terbakar

Regional
Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Sungai Cisangu di Lebak Meluap, Ratusan Rumah Terendam

Regional
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Kecelakaan Bus ALS di Agam

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Kecelakaan Bus ALS di Agam

Regional
Dukung Gebyar BBI/BBWI Riau 2024, Menhub Beri Bantuan 'Buy The Service' ke Pemprov Riau

Dukung Gebyar BBI/BBWI Riau 2024, Menhub Beri Bantuan "Buy The Service" ke Pemprov Riau

Regional
Pergerakan Wisatawan di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Meningkat, tapi Lama Tinggal Menurun

Pergerakan Wisatawan di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Meningkat, tapi Lama Tinggal Menurun

Regional
Kades di Magelang Jadi Tersangka Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Rugikan Negara Rp 924 Juta

Kades di Magelang Jadi Tersangka Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Rugikan Negara Rp 924 Juta

Regional
Polisi Buru Pelaku Pembacokan yang Tuduh Korban Mencuri Sawit

Polisi Buru Pelaku Pembacokan yang Tuduh Korban Mencuri Sawit

Regional
Meski Masuk Bursa Pilkada Jateng, Dico Diminta Jadi Calon Bupati Kendal Lagi

Meski Masuk Bursa Pilkada Jateng, Dico Diminta Jadi Calon Bupati Kendal Lagi

Regional
Polda Bengkulu Sita 2.000 Motor akibat Knalpot 'Brong' dan Balap Liar

Polda Bengkulu Sita 2.000 Motor akibat Knalpot "Brong" dan Balap Liar

Regional
Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Regional
Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com