Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Mengintai Burung yang Bermigrasi Lintas Benua, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 30/09/2022, 17:22 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Sejumlah burung yang tengah melakukan perjalanan panjang migrasinya ditemukan mati di sejumah lokasi.

Diduga kematian burung-burung ini akibat kelelahan selama terbang jauh dari tempatnya berbiak di bumi bagian utara ke wilayah selatan yang suhunya lebih hangat.

“Saya pernah menemukan bangkai gagang bayam timur (Himantopus leucocephalus) tergeletak di Danau Limboto, masih utuh, tidak ada tanda-tanda pemangsaan,” kata Danny Rogi pengamat burung dari Gorontalo, Rabu  (28/9/2022).

Baca juga: Burung Gelatik Jawa yang Terancam Punah Terlihat di Sejumlah Tempat di Kota Gorontalo

Kematian burung-burung yang saat bermigrasi juga terdapat di daerah lain.

Di Yogya, Asman Adi Purwanto, Executive Director Perkumpulan BISA Indonesia menceritakan penemuan burung yang kelelahan dan akhirnya tidak tertolong, mati.

Di awal musim migrasi burung ini Asman sudah bertemu beberapa kasus burung pantai migran yang kelelahan di Sungai Progo.

“Pada 3 September kami melakukan pengamatan dengan keluarga dan anggota paguyuban pengamat burung Yogya, kami menemukan 1 ekor trinil pembalik batu atau Ruddy Turnstone (Arenaria interpres) yang kondisinya sudah parah, terdorong ombak kondisi bulu sudah lecek,” ujar Asman Adi Purwanto.

Burung lemah ini pertama kali ditemukan oleh anaknya Asman Adi Purwanto. Mereka kemudian memberi pertolongan dengan memberi minuman, membawanya ke rumah seorang pengamat burung Yogya, namun dalam proses pertolongan ini sang burung pengembara ini malah menemui ajalnya.

Dari kasus kematian trinil pembalik batu ini kemudian muncul inisiasi Bersama Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada untuk mencoba diteliti lebih dalam untuk mengetahui apakah ada perubahan pada organ penyebab kematian.

“Dari penampakan awal kotoran (feces) burung ini berwarna hijau, ini berarti kurang nutrisi, kemungkinan sudah beberapa hari tidak makan,” ujar Asman Adi Purwanto.

Baca juga: Si Cantik Bambangan Coklat, Burung yang Menyukai Kawasan Berair

Dua pekan kemudian, pada 17 September Asman kembali melakukan pengamatan dan menemukan kasus yang mirip, bedanya ini menimpa seekor kedidi merah atau red knot (Calidris canutus).

Burung ini ditemukan tiba-tiba jatuh dan tidak berdaya terseret ombak pantai, saat ini para pengamat burung ini tengah bersiap pulang.

“Tiba-tiba anak saya berteriak melihat burung kedidi merah. Kami segera menolong dan tidak jadi pulang, kami beri minum dan kami evakuasi ke rumah teman untuk dirawat, namun sayang burung ini akhirnya tidak tertolong,” tutur Asman Adi Purwanto.

Pada 23 September juga ditemukan seekor kedidi leher merah atau Red-necked Stint (Calidris ruficollis) ditemukan pada pagi hari. Awalnya burung ini diketahui masih mampu terbang namun hanya jarak pendek. Kemungkinan ia kelelahan atau menderita sesuatu, burung ini kemudian dipinggirkan di tempat teduh dengan harapan bisa beristirahat sejenak dan mengurangi risiko bertemu predator, namun nasib burung ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, mati.

“Bangkainya kami temukan keesokan harinya,” ujar Asman.

Baca juga: Menikmati Pesona Burung Mandar Batu Danau Limboto di Gorontalo

Menurut Asman, kasus kematian burung-burung bermigrasi di Sungai Progo ini juga ada namun tidak tercatat karena belum banyak pengamat burung.

Tahun ini para pengamat intensif melakukan pemantauan burung-burung pengembara di lokasi yang sama, temuan-temuan di lapangan termasuk menjumpai burung yang kelelahan dan akhir mati terdata dengan baik, para pengamat mencatat dan mendokumentasikan secara baik.

“Di awal musim (migrasi) ini sudah ada sekitar 4 kasus dan semuanya mati. Sudah coba dievakuasi tapi tidak tertolong,” ujar Asman.

Migrasi burung merupakan fenomana alam tahunan yang selalu menarik untuk disaksikan dan dipelajari.

Berbagai jenis burung akan melakukan perjalanan panjang pada akhir musim gugur atau awal musim dingin di bumi belahan utara.

Mereka menghindari cuaca dingin yang dapat membekukan di tempatnya berbiak, burung-burung secara berkelompok bertahap melakukan perjalanan ke arah selatan yang iklimnya lebih hangat.

Proses migrasi ini menempuh perjalanan panjang melintasi batas negara, samudera, pegunungan.

 

Dalam proses ini banyak tantangan dan rintangan yang ditemukan burung-burung ini, cuaca ekstrem, badai, hujan lebat, panah terik matahari, polusi, predator, perburuan hingga perubahan habitat mereka.

Sepanjang pengembaraannya mereka menyinggahi banyak tempat untuk makan dan beristirahat, di setiap lokasi yang didatangi tidak hanya menawarkan makanan semata, mereka juga harus waspada untuk menghindari pemangsaan oleh predator, perburuan oleh manusia, bahkan racun akibat penggunaan pestisida atau pupuk kimia yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama.

Halaman:


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

Regional
Sindir Pemerintah, Warga 'Panen' Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Sindir Pemerintah, Warga "Panen" Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Regional
Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Regional
Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Regional
Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Berhenti di Lampu Merah Pantura, Petani di Brebes Tewas Jadi Korban Tabrak Lari

Regional
Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Wisuda di Unpatti Diwarna Demo Bisu Mahasiswa Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Dosen FKIP

Regional
Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Pemkab Kediri Bangun Pasar Ngadiluwih Awal 2025, Berkonsep Modern dan Wisata Budaya

Regional
Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Ambil Formulir di 5 Partai Politik, Sekda Kota Ambon: Saya Serius Maju Pilkada

Regional
Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Banjir Kembali Terjang Pesisir Selatan Sumbar, Puluhan Rumah Terendam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com