Happy Ferdiansyah menjelaskan kematian burung ini bisa disebabkan oleh penyakit, faktor cuaca seperti saat terjadi badai, angin kuat, keracunan, nutrisi, dan lainnya.
“Untuk mengetahuinya sebaiknya dilakukan nekropsi dengan mengambil sampelnya,” kata Happy Ferdiansyah.
Nekropsi adalah proses membedah bangkai hewan untuk mengetahui adanya gangguan atau kelainan pada anatomi tubuh. Bisa dikatakan nekropsi merupakan investigasi medis terhadap bangkai satwa.
Tindakan medis ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak dari pelaku di lapangan dan petugas nekropsi yang berpengalaman.
Happy menambahkan, dari sisi medis jika kasusnya adalah miopati akibat temperatur yang tinggi maka perlakuannya boleh didinginkan.
Ia menyarankan jika tujuannya hanya untuk mendinginkan suhu burung, lebih baik mengompresnya dengan air dingin. Ia tidak menyarankan mengguyur dengan air es karena ditakutkan saat disiram airnya nembus ke celah bulu.
Sebagai pencegahan kematian awal, Iwan Londo memberikan tips sederhana. Ia menyarankan untuk memberikan cairan infus atau coca cola untuk diminumkan kepada burung yang kelelahan.
“Kalau burung pantai biasanya pakai cairan infus, dan itu sering kami pakai saat project Avian Influenza, karena pasti ada kasus seperti ini. Cairan bisa diberikan melalui tempat minum atau diminumkan dari alat suntikan,” ucap Iwan Londo.
Baca juga: Nggusah, Alat Pengusir Burung Tenaga Surya Hasil Penemuan Akademisi UKSW yang Mudahkan Kerja Petani
Menangani kasus burung yang mengalami kelelahan harus hati-hati dan membutuhkan waktu yang Panjang.
Iwan Londo memulihkan kondisi ini membutuhkan waktu minimal sepekan agar bisa merilis burung kembali ke alam.
Bahkan saat berada di lapangan untuk riset, Iwan Londo tidak hanya membawa cairan ini, juga menyiapkan bekal asupan makanan dengan menggiling udang hingga lembut.
“Udang kami haluskan, kami masukkan dalam alat suntik tanpa jarum, lalu kami beri makan dengan cara menyuntikkan ke mulut burung, harus hati-hati,” tutur Iwan Londo.
Perlakukan dan penanganan miopati burung pantai ini pernah dilakukan oleh sejumlah peneliti di Australia, mereka melakukan riset pemulihan sejumlah burung akibat miopati yang dinilai sukses di barat laut benua ini.
Periset Danny Rogers, Phil Battley, Jan Sparrow, Anita Koolhaas, dan Chris Hassell telah berhasil merehabilitasi miopati pada burung kedidi besar atau great knot (Calidris tenuirostris), kedidi merah atau red knot (Calidris canutus), biru laut ekor blorok atau Bar-tailed Godwit (Limosa lapponica), dan kedidi leher merah atau Red-necked Stint (Calidris ruficollis).
Mereka menjelaskan sebelum melakukan perjalanan panjangnya burung akan menggemukkan badan sebagai cadangan energi dalam migrasi tahunan mereka.
Seekor kedidi besar sebelum bermigrasi beratnya sekitar 140 gram, dan di masa menjelang keberangkatan bisa bertambah sampai 240-260 gram.
Berat kedidi merah sebelum migrasi sekitar 110 gram dan massa keberangkatan migrasi sekitar 160 gram.
Temperatur yang tinggi dan kegemukan disebut berperan dalam memicu kasus kram otot burung. Proses rehabilitasi burung-burung ini memakan waktu hingga 14 hari, waktu yang sepadan dengan kondisi kritis yang dialami dan menunggu regenerasi jaringan tubuh pulih kembali.
Perlakuan memberi pakan pasien burung pengidap miopati ini memberi gambaran bagaimana seharusnya ini dilakukan jika mendapatkan burung dengan gejala yang sama di tempat lain.
Karena burung-burung ini tidak makan sendiri, maka peneliti ini menyuapi pakan kucing yang direndam air dengan tangan, bahkan mendorong dengan cotton bud ke arah kerongkongan jika kesulitan, demikian juga dengan pemberian air minum atau dengan larutan garam yang diteteskan dengan pipet.
Kisah sukses pertolongan ini memberi semangat bagi para peneliti dan pengamat burung yang bermigrasi, terutama burung-burung pantai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.