Uswatun mengatakan, dirinya menyajikan makanan khas Maluku Utara untuk santapan Presiden. Mulai dari ikan bakar bumbu, ikan woku, ayam goreng bumbu, sayur pakis bunga pepaya, hingga sambal spesial khas daerah setempat.
"Terima kasih banyak, Pak Presiden Jokowi, telah mencicipi kuliner khas Malut," kata dia.
Baca juga: Uswatun Kaget, Presiden Jokowi Santap Ikan Bakar di Warungnya: Ini Sejarah
Suhendra (32) ditetapkan sebagai tersangka kasus perdagangan bayi dengan modus adopsi. Ia mengatasnamakan Yayasan Ayah Sejuta Anak dan meminta uang Rp 15 juta untuk satu bayi yang diadopsi.
Awalnya Suhendra akan mengumpulkan ibu hamil yang tak memiliki suami melalui media sosial miliknya.
Lalu ia menawarkan persalinan gratis di rumah sakit. Namun setelah persalinan, bayi akan diserahkan ke orang lain yang ingin mengadopsi.
Adopsi dilakukan secara ilegal dengan biaya Rp 15 juta untuk satu bayi.
Dari kasus tersebut, polisi mengamankan lima orang ibu hamil yang sedang menunggu waktu melahirkan di tempat penampungan.
KPK, kata Roy, memberi kesempatan kepada Gubernur Papua Lukas Enembe berobat ke Singapura.
Hal itu bisa dilakukan jika Lukas mau menjalani pemeriksaan di Jakarta terlebih dulu.
"Pak Asep Guntur tadi sudah berbicara langsung dengan Pak Lukas melalui telepon, beliau meminta Pak Lukas datang dulu ke Jakarta dan diperiksa oleh dokter KPK dan IDI baru kemudian diberikan izin ke Singapura," ujar Roy di Jayapura, Rabu (28/9/2022) malam.
Tawaran yang diberikan oleh KPK, sambung Roy, akan dipertimbangkan oleh Lukas Enembe.
Ia juga akan berbicara kepada keluarga yang saat ini berjaga di depan kediaman Gubernur Papua Lukas Enembe.
Baca juga: KPK Tawarkan Pemeriksaan Kesehatan di Jakarta, Ini Jawaban Tim Hukum Gubernur Papua
Ia adalah salah satu korban peristiwa pembantaian G30S PKI di Kota Semarang. Makam ia berada di Hutan Plumbon, kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Selain makam Moetiah, ada juga mantan Wakil Bupati Kendal bernama Soesetyo yang juga ikut dieksekusi di Hutan Plumbon setelah Ramadhan tepatnya Desember 1965.
Moetia, korban G30S PKI asal Kendal diberi waktu untuk berdoa dan baca qiroah sebelum akhirnya ditembak oleh tentara.
Selain pandai qiroah, Moetiah juga dikenal pintar nyinden dan aktif mengajar sebagai guru TK.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dhias Suwandi, Muchamad Dafi Yusuf | Editor : David Oliver Purba, Pythag Kurniati, Rachmawati, Dheri Agriesta, Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.