Berdasarkan catatan Sejarawan Unnes tersebut, Ibnu Parna lahir 26 September 1920 di Surabaya. Dia tercatat pernah menjadi pegawai di KPM Tanjung Perak Surabaya.
Menurut Ben Anderson dalam Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946 (1989), Ibnu Parna adalah adik dari Krissubanu, salah satu pendiri Pemuda Republik Indonesia.
Kakek Ibnu Parna merupakan Tumenggung Pusponegoro, orang pertama yang membangun masjid di Gresik, Jawa Timur.
Ibnu Parna memulai perjuangan bawah tanah sejak 1939. Pimpinan Acoma itu mulai mengorganisasi rukun belajar atau studi klub di kalangan massa buruh pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya.
Setelah lima bulan kegiatan rukun belajar berlangsung, Ibnu Parna terpaksa melarikan diri untuk menghindari tangkapan Pemerintah Hindia Belanda.
Hingga 1940 Ibnu Parna hidup dengan mengembara. Dia jalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain sambil bekerja sebagai kuli jalan.
Baca juga: Deretan Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Pemberontakan G30S PKI
Selanjutnya, pada 1941, Ibnu Parna berhasil ditangkap Pemerintah Hindia Belanda di Kota Semarang dengan tuduhan ikut campur dalam upaya merobohkan Hindia Belanda.
Tak berselang lama, pada 1942 Ibnu Parna giliran ditangkap tentara Dai Nippon di Kota Semarang dengan tuduhan ikut dalam aksi yang akan merobohkan Pemerintah Jepang.
"Pada tahun 1945 Ibnu Parna tercatat ikut melakukan perebutan kekuasaan di Kota Semarang hingga berdiri Pemerintahan Republik Indonesia," ungkapnya.
Di tahun yang sama, Ibnu Parna ditetapkan sebagai Dewan Politik AMRI yang berpusat di Kota Semarang. Selain itu, dia juga menjadi anggota pimpinan Dewan Perjuangan Jawa Tengah.
Baca juga: Kim Jong Un: Bimbingan Partai Komunis Korsel adalah Pembuluh Darah Rakyat
"Dia juga terpilih menjadi Wakil Ketua Pusat Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)," paparnya.
Di tahun 1952 Acoma merubah statusnya menjadi partai dan singkatannya diganti dengan Angkatan Comunis Indonesia.
Melalui Acoma pada tahun 1956 Ibnu Parna berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Kemudian untuk pembubaran, Acoma bubar karena dampak peristiwa 1965 atau G30S," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.