Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Keracunan di Bima Usai Minum Jamu Tradisional Bertambah 30 Orang

Kompas.com - 28/09/2022, 10:57 WIB
Syarifudin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com- Korban keracunan diduga akibat meminum jamu tradisional di Desa Sanolo, Kabupaten Bima, yang sebelumnya berjumlah 10 orang, kini bertambah.

Kapolsek Bolo AKP Hanafi mengatakan, jumlah korbannya bertambah menjadi 30 orang.

"Sebelumnya korban hanya 10 orang, setelah pengembangan bertambah jadi 30 orang. Sebagian korban ini dirawat di rumah masing-masing karena mengalami gangguan ringan," kata Hanafi kepada Kompas.com, Rabu (28/9/2022).

Baca juga: Usut Dugaan Korupsi Rp 166 Miliar di Kota Bima, KPK Disebut Panggil 3 Kontraktor

Sementara itu, sebanyak 10 korban keracunan yang sempat dirawat di Rumah Sakit Sondosia telah dinyatakan pulih.

Para pasien ini akhinya diizinkan pulang karena mengalami gangguan ringan.

"Sampai tadi pagi, pihak RS sudah memulangkan semua pasien yang sempat keracunan karena kondisinya membaik," ujar Hanafi

Baca juga: Diduga Keracunan Usai Minum Jamu Tradisional, 10 Warga Bima Dilarikan ke RS

Sebelumnya, sebanyak 10 warga Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, dilaporkan mengalami keracunan massal, Selasa (27/9/2022) malam.

Keracunan warga ini terjadi setelah mengonsumsi jamu tradisional. Mereka kemudian dilarikan ke RS Sondosia setelah mengalami mual dan muntah-muntah.

 

Kapolsek Bolo AKP Hanafi mengatakan, sejumlah warga setempat mengalami keracunan setelah mengonsumsi ramuan tradisional yang dibuat oleh penjual jamu keliling.

Karena dagangannya diduga menyebabkan warga keracunan, penjual jamu berinisial SY langsung diamankan polisi.

Di hadapan polisi, SY yang juga warga setempat mengakui telah meracik jamu di luar kebiasaan.

"Keterangan pelaku, dia racik jamu tidak seperti biasa. Jika sebelumnya, salah satu bahan seperti buah delima yang matang diblender tanpa biji, tapi kali ini dia malah blender delima yang masih mudah. Sehingga dari kesalahan racikan tersebut, diduga menyebabkan langganannya pada keracunan," ungkap Hanafi

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 27 September 2022

Sejatinya, jamu tradisional diklaim masyarakat setempat memiliki khasiat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan menambah nafsu makan.

Jamu ini diramu dan diracik dari berbagai bahan yang bersumber dari akar, serat, dan kulit pohon-pohon berkhasiat yang ada di pegunungan.

Warga setempat menyebutnya Lo'i Pa'i Piri yang berguna untuk menghangatkan tubuh.

Baca juga: Warga Bima Serahkan 2 Pucuk Senpi Rakitan yang Digunakan untuk Berburu Satwa Liar

"Itu jamu Pa'i Piri, kalau diminum terasa pahit. Tetapi setelah minum, beberapa saat kemudian warga tiba-tiba mual dan muntah," kata Hanafi

Akibatnya, sejumlah warga tersebut harus dilarikan ke RS terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Sementara itu, AKP Hanafi menjelaskan, pihaknya yang mendapat laporan langsung melakukan identifikasi dan memeriksa sejumlah saksi, termasuk mendata korban yang dirawat di rumah sakit.

Ia menambahkan, pihak rumah sakit telah mengambil sampel dari ramuan itu untuk diuji di laboratorium.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengakuan Pembunuh Karyawan Toko di Sukoharjo, Incar THR Korban Senilai Rp 5 Juta untuk Bayar Utang

Pengakuan Pembunuh Karyawan Toko di Sukoharjo, Incar THR Korban Senilai Rp 5 Juta untuk Bayar Utang

Regional
Digaji Rp 2,2 Juta, Bawaslu Pangkalpinang Cari 21 Anggota Panwascam

Digaji Rp 2,2 Juta, Bawaslu Pangkalpinang Cari 21 Anggota Panwascam

Regional
Harga Naik, Peminat Perhiasan Emas Muda di Kota Malang Meningkat

Harga Naik, Peminat Perhiasan Emas Muda di Kota Malang Meningkat

Regional
Mobil Dinas Terekam Isi BBM Bersubsidi, Begini Penjelasan Pemprov Jateng

Mobil Dinas Terekam Isi BBM Bersubsidi, Begini Penjelasan Pemprov Jateng

Regional
Sempat Kosong, Stok Vaksin Antirabies di Sikka Sudah Tersedia

Sempat Kosong, Stok Vaksin Antirabies di Sikka Sudah Tersedia

Regional
Satreskrim Polres Merauke Tangkap Para Pelaku Jambret yang Beraksi di 6 Titik Berbeda

Satreskrim Polres Merauke Tangkap Para Pelaku Jambret yang Beraksi di 6 Titik Berbeda

Regional
Calon Bupati Independen di Aceh Utara Wajib Kantongi 18.827 Dukungan

Calon Bupati Independen di Aceh Utara Wajib Kantongi 18.827 Dukungan

Regional
Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Sudah Punya Tokoh Potensial, Partai Demokrat Belum Buka Penjaringan untuk Pilkada Semarang

Regional
Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Pergi ke Sawah, Pencari Rumput di Lampung Tewas Tersambar Petir

Regional
Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Tentara Amerika Ditemukan Meninggal di Hutan Karawang, Diduga Terkena Serangan Jantung

Regional
Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Pelaku Pembunuhan Perempuan di Polokarto Sukoharjo Ternyata Mahasiswa, Terancam Penjara 20 Tahun

Regional
Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Menteri PAN-RB: Ada 2,3 Juta Formasi PPPK, Terbesar dalam 10 Tahun Terakhir

Regional
Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Polisi Geledah Kantor Dinas Pertanian Bengkulu Tengah Terkait Dugaan Korupsi Puskeswan

Regional
Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Pencarian Dokter Wisnu yang Hilang di Perairan Lombok Tengah Diperpanjang

Regional
Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Kinerja SPM Tetap Baik, Pemkot Tangerang Diapresiasi Kemendagri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com